Catatan : Win Wan Nur

TIDAK lama setelah pementasan Saman yang dimainkan oleh 5057 penari di lapangan sepak bola seribu bukit, Blangkejeren tadi pagi, Senin 24 November 2014. Foto dan berita peristiwa fenomenal terciptanya rekor dunia ini segera menyebar ke segala penjuru.
Gerakan serempak, tanpa cacat cela dari seluruh penari yang terlibat dalam pergelaran ini tak pelak mengundang decak kagum dari ribuan penonton yang menyemut memadati lapangan Seribu Bukit, terutama yang berasal dari luar Gayo lues.
Di luar segala kekaguman ini, pergelaran Saman kolosal dengan 5057 peserta ini juga menjadi penegasan kepada khalayak bahwa inilah TARI SAMAN yang sebenarnya.
Sebagaimana umum diketahui, akibat dari salah kaprah yang seperti sengaja dibiarkan oleh pemerintah Aceh. Hampir semua kalangan di luar Gayo, dengan keliru menyangka bahwa tari Saman adalah tarian yang ditarikan oleh perempuan dengan lagu berbahasa Aceh. Bukannya diluruskan, kekeliruan ini seolah sengaja ingin dipelihara oleh Aceh. Indikasi ini bisa dilihat dengan dibangunnya opini oleh seorang seniman Aceh dengan cara membuat berbagai rasionalisasi, bahwa seolah-olah Saman Gayo adalah tarian yang sebenarnya asli Aceh yang dibajak oleh Gayo.
Karena itulah, ketika muncul kesempatan yang mengundang atensi luas dari public seperti ini. Ibnu Hasyim, Bupati Gayo Lues dengan sigap menggunakannya untuk meluruskan persepsi publik yang terlanjur keliru terhadap Tari Saman.
Dalam sambutannya tadi pagi, Ibnu Hasyim dengan tegas mengatakan bahwa Tari Saman yang benar, yang diakui oleh UNESCO adalah tari Saman yang ditarikan hanya oleh laki-laki dengan diiringi lagu berbahasa Gayo.
Dalam kesempatan ini, Ibnu Hasyim juga memprotes keras dinas pendidikan yang mencetak buku Bahasa Indonesia yang di dalamnya terdapat foto Tari Saman yang ditarikan oleh perempuan.
Ibnu Hasyim, menuntut dinas pendidikan untuk segera menarik buku yang berisi informasi keliru tersebut dari peredaran.[]