Oleh: Yusradi Usman al-Gayoni*

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kejenuhan anak. Salah satunya dengan bercerita. Istilah lainnya dikenal dengan mendongeng. Namun, mendongeng biasanya dilakukan pada malam hari (sebelum tidur). Selain menghilangkan kejenuhan, bercerita dapat meningkatkan konsentrasi, menguatkan daya ingat, meningkatkan keingintahuan, mengembangkan imajinasi, menambah kekritisan, meningkatkan kemampuan berbahasa (linguistik), meningkatkan kecerdasan anak sekaligus mendekatkan orang tua dengan anaknya.
Kreativitas orang tua
Dalam bercerita, dituntut pula kreativitas orang tua. Kita bisa menceritakan hal-hal yang dekat, yang dilihat, dan dialami langsung oleh anak kita. Dengan begitu, mereka akan lebih mudah memahaminya.
Pengalaman kami di rumah, misalnya, selalu melibatkan Faiz (anak sulung kami—nama lengkapnya Muhammad Faiz Akbar al-Gayoni, umur 3,3 tahun) dalam setiap pekerjaan yang kami lakukan. Termasuk, ikut mengantar ibunya ke stasiun kereta api saat pergi ke kantor. Sepanjang perjalanan tersebut, dia melihat kolam, bebek, ayam, pohon, sepeda motor, mobil, truck, pasar, perlintasan, rel kereta api, kereta api, stasiun atau commuter line, dan lain-lain. Contoh lain, saat bermain di garasi atau taman depan rumah, kadang-kadang melintas pesawat terbang. Dia langsung excited, wat, wat (wat = pesawat). Saat bersamaan, dia melambaikan tangannya, “da, da.”
Hal itu—kolam, bebek, ayam, pohon, sepeda motor, mobil, truck, pasar, perlintasan, rel kereta api, kereta api, stasiun kereta api, commuter line, (naik) pesawat, dan lain-lain—bisa jadi topik bercerita. Katakanlah, soal bebek. Saat mulai bercerita, dia betul-betul konsentrasi dan fokus. Dari raut mukanya, dia terlihat begitu menikmati cerita tersebut. Juga, langsung berimajinasi. Karena, sudah melihat langsung, bagaimana seekor bebek. Termasuk, melalui penelusuran di internet.
Alat peraga
Untuk memudahkannya dalam mengingat “mempersepsikan” bebek, tak jarang, kami menirukan suara bebek, “berjalan seperti bebek,” dan mengepak-ngepakan lengan layaknya bebek. Di lain waktu, dia kadangkala membuat gambar di dinding kamar dan dinding ruang tamu. Kami tidak mempermasalahkan sekiranya dinding tersebut penuh coretan: garis-garis, gambar sketsa, dan warna warni. Sebab, itu merupakan bagian dari pengembangan kreativitas dan tumbuh kembangnya.
Meski tidak berwujud seperti gambar bebek, dari keterangannya (bebek dengan penyebutan yang kurang jelas) bisa dipahami bahwa dia sedang membuat gambar bebek. Sebagai orang tuanya, kami langsung mengiyakan. Bahkan, mengapresiasi dan memujinya, “anak ama/ine hebat. Sini, ama/ine cium sambil memeluknya.”
Dampaknya, dia merasakan kehangatan dan penghargaan luar biasa. Semangat dan motivasinya pun bertambah. Pada kesempatan lain, kami perhatikan, dia mulai membuat kandang bebek dari balok-balok plastik yang ada di rumah. Ditambah lagi, dengan menggunakan mainannya yang lain. Kemudian, disusunya sedemikian rupa. Ada rel kereta api, sepeda motor, mobil, truk dan pesawat terbang disusun sedemikian rupa. Ada pula bangunan (seperti apartemen) dan kandang bebek. Kami makin takjub dibuatnya. Melihat perkembangan itu, kami selalu memberikan pujian padanya. Misalnya, dengan menyebut, “anak ama/ine hebat, anak ama/ine pintar.” Tak ketinggalan, tetap memeluknya.
Di rumah, juga tersedia buku. Juga, buku cerita bergambar tentang bebek. Gunanya sebagai alat peraga tambah mainannya yang lain. Dengan demikian, alat peraganya tidak mesti mahal. Sebaliknya, murah dan mudah didapatkan. Gambar bebek yang ada dalam buku tersebut kemudian kami gunting. Termasuk, membuat gambar bebek di kertas lain. Faiz mulai menempatkan potongan-potongan gambar “bebek” tadi di kandang yang dibuatnya dari balok-balok plastik tadi. Lalu, memasukan kertas lain (seolah-olah makanan bebek) melalui celah dari kandang tersebut.
Kami perhatikan, kemampuan dan kepandaiannya pun terus bertambah dengan terus bercerita. Bahkan, dia seringkali meminta kami untuk bercerita, “lagi, lagi.” Terutama, saat sebelum dia tidur. Sampai-sampai, dia tertidur sambil mendengar cerita tersebut. Semoga bermanfaat.
*Bapak satu anak/peminat masalah parenting