Masa: Sumpah Tuhan untuk Manusia

oleh

Oleh : Drs. Jamhuri Ungel, MA[*]

Ungkapan ayat al-Qur’an tentang waktu yang terdapat dalam surat al-ashr sangat cocok untuk membicarakan perjalanan waktu kehidupan manusia atau waktu suatu bangsa. Dalam surat al-Ashr Allah bersumpah dengan menggunakan waktu dan memberi pernyataan bahwa semua manusia sangat merugi dalam hidupnya di dunia sampai kepada kehidupan akhirat, tetapi Tuhan juga memberi tahu orang-orang yang tidak merugi, mereka tersebut adalah orang-orang yang mempunyai keyakinan (keimanan), mereka yang selalu berbuat baik, mereka yang selalu mengingatkan dalam kebaikan dan mereka yang selalu mengingatkan dalam kesabaran.

Kata al-ashr dalam ayat tersebut berarti “masa atau waktu”. Masa atau waktu dalam kajian ilmu bahasa dibagi kepada tiga yaitu masa lalu (madhi atau past), masa sedang berjalan (mudhari’ atau continius) dan masa yang akan datang (amr atau future). Dari waktu-waktu ini kita bisa pahami ayat tersebut dengan berkata manusia masa lalu, manusia masa sekarang dan manusia masa yang akan datang selalu hidup merugi, orang-orang terdahulu merugi dengan masa lalu mereka, masa dimana mereka sedang jalani dan masa yang akan datang mereka. Kita yang hidup sekarang termasuk orang yang merugi dengan kehidupan masa lalu, kehidupan hari ini dan kehidupan masa yang akan datang kita.

Semua orang pernah merasa dirugikan oleh orang lain di masa lalunya, orang yang merugikannya boleh jadi satu orang boleh jadi juga orang banyak, bisa jadi secara individu atau juga kelompok dan boleh juga diakibatkan oleh pemerintan atau Negara.  Kerugian yang dilakukan oleh individu atau perorangan kebanyakan disebabkan oleh kurangnya kemampuan atau pengetahuan, sedangkan kerugian yang disebabkan oleh kelompok atau Negara sering dikarenakan oleh kepentingan mereka yang mengelola organisasi tersebut. Seorang anak sering dirugikan oleh orang tua mereka ketika harus memilih harapan hidup untuk masa depan, karena orang tua sangat merasa takut nanti anak mereka tidak mampu hidup sesuai dengan harapan orang tua padahal masa depan anak bukanlah masa depan orang tua, karena masa depan anak adalah masa depannya sendiri sedangkan masa lalu anak adalah masa depan orang tua. Jadi ketika orang tua salah memprediksi masa depan anak itu berarti kerugian anak.

Kerugian masa lalu seseorang yang disebabkan oleh Negara, seperti ketidak mampuan Negara untuk mengatasi terjadinya perusakan alam yang dilakukan oleh orang atau kelompok tertentu, baik memiliki izin atau atau tidak atau juga karena ketidak mampuan Negara terbut dalam mengatasi perusakan alam. Dalam agama dipahami bahwa perusak alam adalah orang yang kufur kepada Tuhan, kenapa tidak Tuhan menjadi alam begitu indah dan berguna bukan hanya untuk satu generasi manusia tetapi dapat berguna untuk semua manusia dan sepanjang umur alam itu sendiri, tetapi manusia dengan kesombongannya berupaya merusak alam, karena itu mereka yang merusak alam dinamakan dengan orang yang mengingkari atau merusak keindahan ciptakan Tuhan. Akibat perusakan tersebut merugikan generasi sesudah kita, dalam hal ini berarti kita telah merusak masa depan kita sendiri dan merusak masa lalu dari generasi manusia sesudah kita.

Surat al-Ashr ini ini juga mengingat manusia supaya jangan lalai hidup pasa satu masa, jangan seolah kita hanya mempunyai masa lalu yang jaya dan membanggakan kepada orang lain dengan berkata bahwa orang tua saya sangat kaya, sangat pintar, pekerja keras dan lain-lain seakan ia hidup pada masa lalu, juga ada mereka yang berpikir mumpung, semasih ada kesempatan mereka bekerja dan berbuat dengan mengabaikan batas kebolehan dan batas larangan sehingga apa yang dilakukan merugikan orang lain da nada juga mereka yang tidak memikirkan masa lalu juga tidak mengnggp penting kehidupannya hari ini, mereka mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya demi masa depan anak-anak dan cucu mereka. Kesemua ini bila kita sandarkan dengan ayat di atas jelas bahwa orang yang seperti itu adalah merugi. Lalu kehidupan yang bagaimana sebenarnya yang dikehendaki oleh Tuhan sehingga kita tidak digolongkan kepada orang yang merugi.

Dalam surat al-ashr tersebut sudah sangat tegas menyebutkan bahwa mereka yang tidak merugi adalah mereka percaya kepada Tuhan sebagai pencipta yang harus selalu disembah, percaya kepada yang ghaib selain Allah yaitu Malaikat, menjadikan firman Allah sebagai panduan hidup, menjadikan prilaku Rasul sebagai suri tauladan, mengakui adanya hari qiamat sebagai hari pembalasan terhadap apa yang kita lakukan selama hidup di dunia ini selanjutnya meyakini adanya taqdir Tuhan dalam perjalanan hidup. Implementasi dari keimanan ini diingatkan juga oleh Tuhan dengan selalu berbuat baik dan saling mengingatkan dalam kesabaran dan kebenaran.



[*] Dosen Fak. Syari’ah dan Ekonomi Islam Banda Aceh

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.