Apa Kabar Gempa Gayo?

oleh

banner-GAYO

Tim LG | Dodi al-Amsyah

APA kabar Gempa Gayo? Inilah yang muncul dalam benak kita. Saat ini musibah gempa Gayo hampir genap setahun berlalu. Namun apa sudah ada kemajuan dan bagaimana realiasasi semua janji yang sempat dilontarkan baik oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten terhadap para korban.

Hingga kini, warga Kampung Bah Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah yang terkena ekses gempa 2 Juli 2013 lalu, masih bertahan di kampung relokasi Mahabbah meski ada yang memilih kembali ke kampung asal.

Warga yang memilih kembali ke Kampung Bah lebih kecil dibandingkan dengan warga yang tinggal di Kampung relokasi. “Hanya satu dua orang saja yang memilih kembali ke sini,” kata Abdul Kadir disela-sela kesibukannya menjemur padi hasil panen dari sawahnya.

Dia juga mengatakan, memang kebanyakan warga pada siang hari kembali ke kampung yang ditinggalkannya, namun tidak untuk tinggal melainkan untuk melaksanakan aktivitas mereka sehari-hari.

Prosesi tepung tawar di pondasi masjid. (LGco_Kurnia Gading)
Prosesi tepung tawar di pondasi masjid. (LGco_Kurnia Gading)

“Kan persawahan kami disini, kebun juga disini jadi siang kemari sorenya pulang ke Mahabbah, ada juga yang memilih bertahan disini sampai beberapa hari, walaupun kampung relokasi tidak terlalu jauh dari sini,” ujar Abdul Kadir kepada Wein Mutuah dari LintasGAYO Senin, 9 Juni 2014 lalu.

Dilanjutkan, proses rehab-rekon juga sudah berlangsung, dan dia menginginkan proses rehab-rekon tersebut bisa segera selesai, sehingga masyarakat bisa fokus menjalankan aktifitas tanpa terkendala lagi masalah rehab-rekon.

“Inginnya bisa selesai secepatnya, agar fokus mencari mata pencaharian tidak terganggu lagi dengan proses rehab-rekon,” demikian aman Sapura.

Upaya terus membangun daerah pascagempa juga terus dilakukan masyarakat di berbagai tempat. Seperti yang dilakukan warga ah kampung Lot Kala Kebayakan Aceh Tengah yang kembali membangun Masjid Jami’ Adz-Dzikra yang runtuh akibat gempa.

Para jama’ah masjid yang pernah menjadi juara 1 se-Aceh Tengah bidang kemakmurannya tersebut, pembangunan dimulai secara “Keramat Mufakat Behu Berdedele” (istilah Gayo untuk swadaya masyarakat dan gotongroyong).

“Kami mulai membangun kembali masjid menyusul dirobohkannya masjid sebelumnya karena rusak berat akibat gempa,” kata Reje (Kepala Kampung) Lot Kala, Kurnia Gading kepada Khalis dari LintasGAYO, Senin 16 Juni 2014.

Bangunan sebelumnya bernilai sekitar Rp 2 Miliar dan untuk bangunan masjid yang baru dikalkulasikan akan menyedot dana tidak kurang dari Rp. 5 Milyar dengan peruntukan selain tempat beribadah juga untuk sarana pengajian, perpusatakaan dan kegiatan kemaslahatan ummat lainnya.

“Dana swadaya masyarakat sudah terkumpul Rp170 juta, dari APBK Aceh Tengah Rp475 juta. Sementara dari APBA dan APBN belum ada jawaban atas proposal yang kami ajukan,” ungkap Kurnia Gading. Untuk pengumpulan dana dari masyarakat setempat yang berjumlah 405 Kepala Keluarga (KK) sudah sepakat urunan tiap bulannya sebesar Rp.10.000,-.

Diungkapkan Reje Lot Kala ini, saat gotong royong yang digelar 14 Juni 2014 lalu, turut hadir Wakil Bupati Aceh Tengah, Khairul Asmara dengan menyertakan bantuan langsung berupa semen.

“Untuk membangun masjid ini diperlukan peran serta kita semua, ada yang menyumbangkan saran dan ide-ide, ada yang menyumbang dana, maupun menyumbang tenaga,” kata Kurnia Gading mengutip pernyataan Khairul Asmara.

Disisi lain, korban Gempa Gayo menilai tidak ada pengawasan terhadap harga barang dan bahan bangunan yang merangkak naik seiring proses rehabilitasi dan rekonstruksi rumah korban gempa berjalan.

“Sepertinya tidak ada pengawasan atas kenaikan bahan bangunan di pasaran, khususnya bahan kayu,” kata Kenara kepada Iwan M dari LintasGAYO, Rabu 18 Juni 2014.

Kampung relokasi di Kute Panang. LGco_Kha A Zaghlul)
Kampung relokasi di Kute Panang.
LGco_Kha A Zaghlul)

Harga Naik
Diungkapkan korban gempa yang rumahnya mengalami rusak berat di Lukup Sabun Kecamatan Kute Panang Kabupaten Aceh Tengah ini, harga papan dari kayu sembarang, sebelumnya berkisar Rp50 ribu perkeping sebelum di ketam, naik menjadi Rp60 ribu per keping dan jika di ketam dikenakan ongkos sebsar Rp8.000 perkepingnya.

Untuk papan pinus, kata Kenara, naik dari Rp35 ribu menjadi Rp 50 ribu perkepingnya. Selanjutnya triplek ukuran 5 ml naik dari Rp80 ribu perlembar menjadi Rp120 ribu perlembarnya. Selanjutnya harga pintu kayu, dari Rp300 ribu hingga Rp400 ribu naik menjadi sekitar Rp800 ribu perpintunya.

Selain harga bahan bangunan, Kenara juga mengeluhkan ongkos tukang yang juga dinilainya cukup tinggi. “Ongkos pembangunan rumah saya seukuran 7 kali 8 meter dibandrol Rp25 juta,” keluh Kenara.

Ditanya proses pencairan dana rehab rekon dari Pemerintah, Kenara mengaku sejauh lancar, pun begitu, rumahnya belum bisa di huni dalam bulan Ramadhan ini. “Saya sudah menerima tiga tahap pencairan dari total dana Rp60 juta untuk kategori rusak berat,” ujar Kenara.

Terkait kenaikan harga bahan bangunan ini, salahsatu pedagang di Bener Meriah, Lin menyatakan kenaikan harga sudah dari “sononya”, tidak ada hubungannya dengan Gempa Gayo yang terjadi 2 Juli 2013 silam.

“Dari sononya memang sudah naik seperti semen, paku, triplek dan lain-lain. Dan kenaikan harga ini biasanya tidak turun-turun lagi,” ungkap Lin pemilik toko Damai Indah. Dia juga mengaku pihak pemerintah tidak pernah datang ke tokonya memantau harga-harga barang.

Akan masih lemahnya realiasasi rehab/rekon, Pemerintah kabupaten Bener Meriah menargetkan penanganan korban gempa Gayo baik rumahnya rusak berat, sedang maupun ringan akibat dampak gempa yang berkekuatan 6,2 SR pada 2 Juli 2013 lalu, pekerjaannya akan selesai alias final.

Demikian diungkapkan Kepala Kantor Badan Pengendalian Bencana Daerah (BPBD) setempat Ir. Armaida didampingi Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Fahmi, ST pada Abd Rahman dari LintasGAYO, Senin 9 Juni 2014.

Armaida mengatakan, pihaknya telah menargetkan proses rehabilitasi dan rekonstruksi gempa Gayo di wilayah Bener Meriah akan selesai ditangani dalam tahun 2014 ini. Untuk kerusakan tempat tinggal warga akibat ekses gempa Gayo hampir setahun lalu, sesuai data yang telah dilakukan validasi sebanyak 1.500 KK terdiri dari 593 KK rumah korban dengan kategori Rusak Berat (RB) dan 907 KK rumah kategori Rusak Sedang (RS).

Dikatakan Armaida, dalam pelaksanaan dilapangan pihaknya bekerjasama dengan 119 Pokmas  dibantu Fasilitator pendamping warga korban dalam mengurus administrasi termasuk membuat RAB maupun gambar konstruksi bangunan.

Satu unit rumah korban gempa terlihat artistik dengan konstruksi kayu di Kecamatan Ketol. (LGco_Kha A Zaghlul)
Satu unit rumah korban gempa terlihat artistik dengan konstruksi kayu di Kecamatan Ketol.
(LGco_Kha A Zaghlul)

“Salah satu tugas dan fungsi FK (Fasilisator Kecamatan-red) yang direkrut untuk itu, mereka diberi gaji dan telah membuat pernyataan dan fakta integritas sebagai pihak pendamping membantu warga yang terkena musibah,” ucap Armaida.

Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi pada kantor BPBD Bener Meriah, Fahmi, ST menambahkan untuk proses pencairan dana tahap pertama bagi rumah kategori Rusak Berat maupun Rusak Sedang telah dicairkan melalui rekening Pokmas masing-masing dan dari laporan fasilitator saat ini warga telah mengerjakan rumahnya yang rusak dan saat ini sesuai dengan pekerjaan dilapangan telah ada warga melalui Pokmas untuk mengusulkan pencairan dana tahap kedua.

“Alhamdulillah, hingga saat ini proses administrasi pada saat pencairan belum ada kendala dan mudah-mudahan FK selaku petugas pendamping melakukan tugasnya dengan baik sehingga keterlambatan pencairan tahap berikutnya hingga diterima bantuan 100 persennya selesai,” ujar Fahmi.

Disinggung tentang rumah kategori Rusak Ringan (RR),  Fahmi ST,  menjelaskan  bahwa Pemkab setempat telah mengalokasikan anggaran bantuan bagi warga korban kategori rumah Rusak Ringan, dari data yang pihaknya verifikasi bersama Fasilitator Kecamatan dari 8 Kecamatan didaerah tersebut yang terkena dampak gempa, sebanyak 3000 lebih jumlahnya.

“Sembari berjalan untuk proses rehab & rekons  bagi warga korban rumah rusak berat maupun sedang, untuk penanganan rusak ringan pun terus dilengkapi persyaratan administrasinya, karena dananya telah tersedia,” kata Fahmi

Disoal, tentang jumlah bantuan untuk rumah kategori rusak ringan, Armaida mengatakan bahwa sesuai dengan kesepakatan antara pihak BNPB, Provinsi dan Daerah, maka penanganan untuk kategori rumah rusak ringan dari dana APBK termasuk didalamnya dari bantuan Pengprov DKI dan sumbangan dari Pemkab/kota serta pemerintah Provinsi, yang dihimpun Pemda Setempat.[]

(Telah terbit di tabloid LintasGAYO edisi 11, 22 Juni 2014)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.