Gayo Lues-LintasGayo.co: Kesenian Didong Gayo kini kian memprihatinkan, karena semakin hari syairnya terus mengalami perubahan, dan bahkan semakin tidak santun. Padahal, kalau dipertahankan syair dengan gaya lama yang penuh kiasan, Didong bisa menjadi media perekat orang Gayo dimanapun.
Tanggapan itu disampaikan Syafruddin, pemerhati seni Gayo dan Kabag Humas Kabupaten Gayo Lues.
“Sebagai penikmat Didong saya kecewa,” kata Syafruddin ketika dihubungi LintasGayo.co terkait respek Didong di Gayo Lues, Jum’at (13/6/2014) malam.
Menurutnya, tidak ada perbedaan urang Gayo dimanapun, pasti menyukai Didong. Namun masalahnya, sekarang banyak Didong yang sudah tidak sesuai dengan etika, kasar dan terang-terangan kalau menyerang dengan syair.
“Sejak dulu saya mengikuti acara Didong ini, tapi sekarang saya kecewa karena etika “Syair” sudah tidak menjadi hal utama lagi,” ujarnya.
Untuk itu, kata Pak Syaf, begitu Safruddin disapa, Didong ini perlu dikaji oleh budayawan dan ahlinya, agar kelak betul-betul mendidik generasi, karena didong adalah media yang paling efektif di masyarakat Gayo.
“Harapan saya cuma perlu dikaji kembali, supaya Didong tetap punya jiwa dan bermutu,” Kata Syaf. (tarina)