Mahasiswa Gayo dan Pergerakannya

oleh

Mhs LhokseumaweOleh Winni Raudan*

Mahasiswa merupakan komponen masyarakat yang seyogyanya memiliki pola pikir lebih, selain itu mahasiswa cenderung memiliki karakter tersendiri yang kritis, cermat, peduli, pergerakannya cenderung radikal dalam menanggapi berbagai persoalan yang muncul entah itu masalah daerah serta masalah bangsa ini.

Dalam konteks mahasiswa Gayo dalam hal pergerakan dan aktivitasnya, saat ini sudah mulai berkiprah untuk kepentingan daerah dengan berbagai latar belakang baik akademiknya serta organisasinya, sudah banyak bermunculan organisasi yang dibentuk oleh mahasiswa Gayo, baik yang ada di daerah maupun di perantauan.

Dengan berbagai macam alasan, mulai dengan menghimpun dan menyatukan seluruh mahasiswa Gayo agar tali silaturrahmi tetap terjalin, menjaga serta memperkenalkan seni budaya. Kemudian sesuai dengan perannya sebagai mahasiswa yang sejatinya akan menjadi agent of control (Pengawas) bagi pemerintah daerah.

Mahasiswa harus menyadari betul bahwa posisi dirinya sebagai intelektual muda yang memiliki kedewasaan berfikir serta memiliki andil untuk ambil bagian dalam kemajuan daerahnya. Penulis sengaja mengangkat masalah ini sebab masih banyak mahasiswa (Gayo-red) yang tidak menyadari posisinya, bahkan masih ada yang tidak melibatkan diri dalam organisasi, sehingga interaksi sosial dengan sesama mahasiswa Gayo sangat minim.

Ada berbagai macam alasan yang menyebabkan mereka (mahasiswa Gayo) tidak ikut terlibat dalam kegiatan organisasi, bisa jadi dikarenakan arah dan pergerakan organisasi tersebut yang tidak jelas atau bahkan fakum, ada juga yang beralasan tidak bergabung karena fokus untuk mengikuti perkuliahan dan alasan ini juga sedikit banyaknya sudah sering kita dengar.

Dapat kita klasifikasikan tipe mahasiswa (Gayo-red), Pertama, mahasiswa Gayo yang mengutamakan perkuliahan (akademik) tetapi juga peduli dengan lingkungan dan daerah. Kedua, mahasiswa Gayo yang mengutamakan kuliah (akademik) tetapi tidak peduli dengan lingkungan dan daerahnya. Dan yang ketiga mahasiswa Gayo yang tidak terlalu peduli perkuliahan (akademik) maupun pada lingkungan dan daerahnya.

Intinya sebagai mahasiswa seharusnya menyadari betul peran dan fungsinya sebagaimana selayaknya mahasiswa lebih-lebih menyatakan diri sebagai mahasiswa aktivis, dimana harus mampu berpikir objektif, aktif, kritis serta peduli dengan lingkungan dan daerahnya.

Untuk mengembalikan kepercayaan serta menumbuhkan ketertarikan mahasiswa untuk berhimpun dalam suatu wadah (organisasi) maka diperlukan sentuhan awal yang pas ketika awal-awal memasuki dunia perkuliahan, perlu dilakukan yang namanya pendekatan, penyadaran, memberikan pemahaman, jika ini dilakukan dengan baik, moment dan cara ini sangat efektif untuk dijadikan ajang perkenalan organisasi, dengan catatan tanpa ada doktrin yang bersifat negatif dan sejenisnya.

Dengan demikian ketertarikan terhadap organisasi akan meningkat, dan mudah-mudahan organisasi mahasiswa Gayo yang menjadi penghimpun seluruh mahasiswa Gayo dapat berarti bagi mahasiswa itu sendiri. Serta dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan daerah dan dapat menjaga serta mempertahankan adat, seni budaya. Amin.

*Mahasiswa Universitas Malikussaleh, kaderĀ  HMI Cabang Lhokseumawe

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.