
Takengon-LintasGayo.co : Didisen yang dikenal masyarakat Gayo seputar Danau Lut Tawar sebagai sarana penangkapan ikan Depik ternyata sebenarnya berarti sumber air yang masuk ke danau. Demikian diungkapkan praktisi perikanan Munawardi yang menurutnya dijelaskan kepadanya oleh Umar, tokoh nelayan Lut Tawar yang sudah meninggal dunia beberapa tahun silam.
Namun, kata Munawardi, sumber air berupa mata air yang langsung bersentuhan degan bagian danau itu dibentuk sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk penangkapan ikan.
Selanjutnya terkait mulai berkurangnya Didisen, kata Munawardi kepada LintasGayo.co Senin 2 Juni 2014, hilangnya Didisen menurut keterangan sejumlah warga di seputar danau Lut Tawar terjadi sejak dibukanya jalan PT. Kertas Kraft Aceh (KKA) beberapa tahun silam.
Selain itu, Didisen makin berkurang karena faktor intensitas penangkapan Depik melalui jaring tangkap. “Ikan Depik banyak tertangkap oleh Doran (jaring), dan Depik sangat berkurang masuk ke Didisen. Akibatnya pemilik Didisen mengganggap usahanya tidak menguntungkan lagi,” ujar Munawardi.
Berkurangnya Didisen juga semakin berkurangnya debit air yang keluar dari sumber mata air Didisen ini, dan juga terganggunya kualitas air di sumber air Didisen tersebut. Imbuh Munawardi.
Lebih jauh diutarakan, dari penelitian terbaru tentang Depik, Didisen sangat berpotensi menurunkan populasi ikan Depik karena ikan Depik betina datang ke Didisen untuk bertelur, namun sebelum bertelur sudah ditangkap dan jikapun sempat bertelur, telur tersebut sudah diambil oleh pemilik Didisen untuk di jual.
“Saat ini hanya beberapa Didisen yang masih aktif, tidak lebih dari duapuluhan. Didisen saat ini jadi fenomena untuk menyelamatkan ikan Depik. Satu sisi masyarakat meyakini Didisen menyelamatkan Depik, namun dari hasil penelitian justru mempercepat punahnya ikan Depik,’ pungkas Munawardi. (Kha A Zaghlul)