
SEJUMLAH Keben atau Beranang, sebutan untuk lumbung padi bagi masyarakat Gayo yang ada di Kampung Hakim Kecamatan Lut Tawar Aceh Tengah masih di pakai sebagaimana fungsinya. Seperti dikatakan Muhammad Aman Adi, Minggu 18 Mei 2014.
“Kami masih memakai keben untuk menyimpan padi hasil panen sawah kami yang ada di Kenawat Lut, 1 Keben mampu menampung 1 hingga 2 kunce padi,” kata Aman Adi. Namun, kata dia, karena hasil panen tidak banyak lagi karena luas sawah sudah berkurang, maka keben juga digunakan untuk menyimpan barang-barang lain.
“Dalam keben kami juga menyimpan tikar, alat pecah belah dan perlengkapan lainnya selain padi,” kata Aman Adi didampingi istrinya Aisyah.
Untuk sejumlah keben lain disekitar rumahnya, juga kondisinya sama, masih berfungsi sebagai lumbung padi serta penyimpanan barang-barang lainnya yang dipakai di waktu-waktu tertentu saja.
Amatan LintasGayo.co, keben-keben yang ada di Kampung Hakim tersebut kondisi bangunannya masih kokoh, tak lapuk dimakan waktu. Dibangun sangat rapi dengan konstruksi kayu.

Di Aceh Tengah masih terdapat Keben umumnya di kampung-kampung tua di seputar danau Lut Tawar dan Kecamatan Linge. Di kampung lainnya sudah langka seperti di Pegasing dan kawasan lainnya. Di Linge, Keben berbentuk bulat yang dilengkapi atap. Bagi masyarakat Gayo.
Menurut Kepala Mukim Lut Tawar, Tgk. Haikal Sadiq, Wujud Keben sebenarnya adalah yang berbentuk bulat seperti yang ada di kawasan Linge, terbuat dari kulit kayu. Di era modern, masyarakat Gayo merubah bentuk dan bahan bangunan Keben dengan papan seperti yang masih ada di Kampung Hakim, Nosar, Toweren dan kampung lainnya.
“Sebenarnya, disebut Keben adalah yang berbentuk bulat, dan yang ada sekarang disebut Beranang,” tukas Tgk. Haikal Sadiq. (Khalis)