Asmayanti “saradiwa” perempuan di DPRK Aceh Tengah 2014-2019

oleh

Asma-YantiASMA YANTI, namanya tiba-tiba mencuat di kancah perpolitikan di Kabupaten Aceh Tengah setelah ditetapkan sebagai salah satu calon anggota DPRK setempat untuk periode 2014-2019. Dia semata wayang sebagai wakil rakyat Aceh Tengah dari kaum Hawa, muda dan gadis pula.

Yanti, nama akrab gadis berkulit putih ini dipastikan menjadi pemilik satu kursi DPRK Aceh Tengah dari partai Hanura yang berhasil menarik simpati pemilih di Dapil 2 Aceh Tengah meliputi Kecamatan Pegasing, Linge, Jagong Jeget dan Atu Lintang dengan jumlah 1056 suara setelah digabungkan dengan suara perolehan partai.

Putri ke-5 pasangan Asmidi Ali dan Fatimah ini merupakan satu-satunya (Saradiwa-Gayo:red) anggota DPRK Aceh Tengah perempuan dan ternyata ini masih belum menikah alias beru (Gayo-red). “Belum ada rencana saya menikah sebelum dilantik nanti walau calon sudah ada,” kata Asma Yanti saat ditemui LintasGayo.co, di rumah orangtuanya di jalan Pahlawan Takengon, sabtu 26 April 2014.

Dia mengaku agak kaget menerima kenyataan jika akan terjun ke politik praktis, namun alumni D3 Ekonomi Unsyiah tahun 2011 ini menyatakan siap menjadi wakil rakyat, khususnya kaum perempuan.

“Pastinya, walau sendirian dari kaum Hawa, saya harus bela kepentingan perempuan di parlemen,” ujar Yanti panggilan gadis berkulit putih yang terlihat peramah dan mudah berkomunikasi dengan siapa saja ini.

Mengalir, Yanti kemudian memaparkan programnya yang menurutnya sederhana saja. “Pertama kualitas kemampuan perempuan Gayo dalam berbagai hal mesti ditingkatkan. Kaum perempuan dibangun motivasinya untuk mampu menentukan pilihan masa depannya,” papar Yanti.

Selanjutnya dalam hal pendidikan, dirinya menyatakan akan berupaya mendukung sekuat tenaga untuk kemajuan pendidikan di Aceh Tengah. Dan program ketiga pembinaan generasi muda melalui kegiatan-kegiatan kepemudaan yang tentu tidak jauh-jauh dari seni, budaya dan olahraga.

Setelah menyelesaikan pendidikan D3, Yanti yang merupakan alumni SMAN 1 Takengon tahun 2006  ini  sempat bekerja di PT. Telkom Banda Aceh dan selama bolak-balik Banda Aceh-Takengon menyempatkan diri bergabung dengan komunitas Hablumminallah wa Hablumminannas (H2).

“Bersama H2, banyak persoalan di daerah ini yang saya temui dan kedepan perlu dibenahi, khususnya kepentingan perempuan, pendidikan dan generasi muda,” ujar Yanti.

Terkait politik, dia mengaku miris terhadap pilihan politik kaumnya. “Perempuan di daerah ini belum melek politik, buktinya satu saja yang bisa menerobos kursi parlemen. Perlu upaya keras untuk membenahi ini, tolong dukung saya,” ujar gadis kelahiran Takengon, 1988 ini menutup paparannya. (Khalis)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.