DEWAN Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah periode tahun 2014 sampai 2019 akan diisi 30 tokoh politik dari 10 partai politik (parpol) dari 15 parpol yanga bertarung di pileg 2014. Golkar, PAN, Nasdem, Demokrat, PDI Perjuangan, Gerindra, PKB, Hanura, PA, dan PPP. Sementara lima partai politik lainnya, PDA, PKS, PNA, PKPI dan PBB tidak kebahagian kursi. Bahkan PKS yang dulunya memiliki satu kursi kini hilang bak ditelan angin. Begitu juga dengan dua kursi PKPI kini tak dapat dipertahankan.
Kekuatan anggota legislatif diprediksi akan terpecah, karena masing-masing memiliki kekuatan dan “hasrat” politik seperti DPRK diakhir periode sebelumnya. Ada yang pro dengan pemerintahan dan ada pihak yang ingin menggulingkan “keangkuhan” kekuasaan eksekutif. Kubu pro eksekutif pernah digadang-gadang dengan nama Fraksi Pendopo karena tidak pernah mengkritisi roda (kebijakan) pemerintahan yang dipimpin Bupati Nasaruddin.
Pimpinan DPRK sebelumnya dijabat oleh Zulkarnaen dari Partai Demokrat (PD). Periode kali ini, pimpinan DPRK akan berubah seiring perubahan perolehan suara partai dalam pertarungan pileg 2014 ini. Meski Partai Demokrat (PD) masih memiliki empat kursi di DPRK, PD hanya akan menempati salah satu posisi wakil ketua. Sedangkan Ketua DPRK dipastikan akan diduduki anggota legislatif dari Partai Golkar sebagai salah satu parpol yang memperoleh kursi terbanyak.
Prediksi LSM Unders, bahwa kursi ketua dewan akan diduduki Golkar karena memperoleh 17.418 suara dari empat daerah pemilihan (dapil). Dimungkinkan, kursi ketua akan diserahkan kepada Muchsin Hasan yang memperoleh suara (1.720). Selain perolehan suara yang dominan dibandingkan Hasbullah dari dapil III (1.049), Muhsin Hasan lebih memiliki kedekatan dengan orang nomor satu Aceh Tengah yang notabene Ketua DPD II Golkar. Meski Hasbullah juga salah satu kerabat dari “orang nomor satu”, kemungkinannya duduk di tampuk pimpinan DPRK sangat kecil dan ambisi menjadi ketua lebih ketara pada kubu Muchsin Hasan.
Bagaimana incumbent dari Partai Golkar di Dapil I ?. Taqwa yang sebelumnya menduduki kursi wakil ketua tampaknya tidak akan kembali mendapatkan kursi pimpinan. Kedekatan dengan pengurus Golkar kali ini semakin longgar, berawal saat kisruh internal Golkar saat pilkada lalu yang mengusung Mahreje Wahab abang dari Taqwa sebagai kandidat. Sementara Nasaruddin harus pinjam perahu Demokrat. Kini orang-orang lama digantikan orang Pak Nas. Bahkan Taqwa diakhir masa jabatannya pernah ingin dilengserkan dari wakil ketua, tapi belum sempat diperoses dewan.
Posisi dua wakil ketua lainnya diperoleh Partai Demokrat dengan perolehan suara 10.381. dan Nasdem 9.787. Sementara PAN yang juga memperoleh empat kursi hanya dapat mengumpulkan suara 9.437.
Di Partai Demokrat ada Zulkarnaen, Ismail, Amirudin yang merupakan incumbent, sedangkan Muhklis adalah pemain baru (adik kandung Bupati Nasaruddin) yang memperoleh suara pribadi (2.685), mengalahkan para senior-seniornya di Demokrat. Prediksi pimpinan wakil ketua sepertinya akan alot. Zulkarnaen sebagai mantan Ketua DPRK tentu tidak ingin marwahnya turun drastis menjadi sekedar anggota. Begitu juga dengan Ismail sebagai ketua partai tidak akan terus-terusan menjadi anggota tampa embel-embel jabatan Wakil Ketua DPRK. Sedangkan Mukhlis juga tidak akan mau mengalah karena memiliki suara pribadi terbanyak didukung dengan kekuasan yang sedang diemban abangnya (Pak Nas).
Satu kursi lagi untuk Wakil Ketua DPRK dari Nasdem juga akan sengit. Hanya Wahyudin dari Dapil III yang memperoleh suara terbanyak 1.892. Sedangkan Anda Suhada, Hamdan dan Win Konadi tidak lebih dari seribu suara pribadi. Perolehan suara memang menang Wahyudin, tapi Anda Suhada putra almarhum mantan Bupati Aceh Tengah Mustafa Tami juga tidak akan rela kehilangan kursi wakil ketua. Karena, sebelumnya beredar kabar bahwa Anda Suhada telah dijanjikan jauh-jauh hari akan kursi tersebut oleh Ketua Partai NasDem. Anda Suhada yang berdomisili di Jakarta juga digadang-gadang akan diusung kembali menjadi calon bupati Aceh Tengah karena pada pilkada 2012, Anda yang berpasangan dengan Syukur Kobath tiba-tiba mundur. Demi keingina politik tersebut, Anda Suhada rela mengeluarkan dana yang lebih besar untuk operasional Partai Nasdem. Bahkan rumah keluarga Mustafa Tamy yang tak jauh dari kantor Bupati dijadikan kantor Nasdem Aceh Tengah.
Dengan berubahnya tampuk pimpinan DPRK periode 2014-2019, akan membuat warna perpolitikan tersendiri. Bisa karena “dendam” politik pribadi sesama anggota legislatif yang pernah saling menjatuhkan. Bisa juga dalam cakupan kepentingan yang sangat besar antar eksekutif dengan legislatif. Kita ingat jelas bagaimana Muhsin Hasan dulu dilengserkan oleh koleganya dari kursi Ketua Komisi A, bahkan di-PAW-kan dengan proses yang begitu cepat. Kini bayang-bayang kursi Ketua DPRK sudah didepan matanya.
Seperti apa DPRK periode ini?. Apakah Muhsin bisa memainkan perannya atau kembali akan takluk dengan kekuatan-kekuatan kecil yang berkumpul menjadi besar?. Bagaimana kekuatan fraksi pendopo versus fraksi “gabungan”?, akankan perpolitikan di dataran tinggi Gayo akan semakin panas atau ada deal-deal politik yang menguntungkan pihak-pihak yang pernah bersiteru?.
Akan banyak perubahan di DPRK Aceh Tengah, karena tidak lebih 50 persen incumbent dan sisanya pendatang baru di kursi wakil rakyat tanoh Gayo. Ada yang akan baru “belajar”, ada yang akan terima gaji buta dan akan ada yang menunjukan “aku bisa”.
*Ketua LSM Unders, beralamat di Takengon