
JUM’AT malam menjadi sejarah baru dalam pencaturan politik Aceh dimana 4 kursi berhasil diraih putra yang mewakili wilayah tengah-tenggara dalam sentuhan “manis”, yakni sentuhan dimana “kelemahan” yang berakhir pada “kekuatan” baru di Senayan.
4 kursi yang bakal menjadi “permainan baru” di Senayan itu diperoleh 2 putra Gayo asli yakni Ir Tagore Abubakar dari PDI-P (Takengon Bener Meriah), Irmawan,S.Sos dari PKB (Gayo Lues), Salim Fachri dari Partai Golkar (Aceh Tenggara), dan Muslim Aiyub dari PAN (Aceh Singkil-Subulussalam).
Untuk DPD, keterwakilan Gayo tidak lolos lantaran perolehan suara tidak cukup akibat pertarungan lokal sesama Gayo yang mengakibatkan pecahnya raihan suara.
Sementara sebuah kursi lainnya juga diraih Firmandez, sosok pengusaha dari Partai Golkar yang diketahui besar di Gayo.
Catatan penting dari semua itu, tentu keberhasilan wilayah Tengah-Tenggara mengirimkan wakilnya ke DPR-RI. Tidak mudah memang, namun simbol “intelektual” wilayah berbalut Leuser kali ini terbukti mampu melewati masa-masa kritis, dimana lawan politik yang terkenal kuat, mampu ditinggal–tentu tanpa dengan kekerasan.
Salim Fachri–ketua DPRK Aceh Tengah yang melenggang ke Senayan dengan susah payah berhasil meninggalkan saingan separtai Sayed Fuad, tokoh politik Golkar yang dikenal cukup kawakan. Begitu pula Firmandez, melaju setelah mengalahkan sesama “Golkar” Marzuki Daud. Sayed Fuad dan Marzuki Daud adalah incumben yang kembali bertarung untuk kedua kalinya ke Senayan.
Sedangkan Ir Tagore Abubakar, mantan sepuh Golkar dan mantan Bupati Bener Meriah, cukup memberi surprise pengamat politik di Aceh. Pasalnya, ketika dia dilengser dari Partai Golkar, Tagore dianggap “abis” secara politik, namun rupanya cukup hebat, Tagore meneruskan semangat ke Senayan menggunakan perahu “keluarga” PDI Perjuangan, partai yang sejak lama dianggap “kecil” di Aceh, dan kemudian Tagore membesarkannya dengan perolehan suara yang cukup signifikan.
Kader PAN Muslim Aiyub dan Ketua DPW PKB Aceh Irmawan tampaknya mengalami banyak persamaan. Selain sama-sama dari DPR Aceh ke Senayan, keduanya juga pernah menjadi calon bupati. Irmawan calon bupati Gayo Lues dan Muslim Aiyub merupakan calon bupati Aceh Tenggara. Keduanya kalah.
Yang unik dari keduanya, sama-sama menjadi ketua di olahraga yang tidak terkait dengan daerah pemilihan. Muslim Aiyub adalah ketua olahraga renang provinsi Aceh, sedangkan Irmawan ketua perahu layar provinsi Aceh.
Begitupun, kedepan rakyat Gayo dan Alas sangat berharap kepada mereka dapat menjadikan kawasan tersebut kawasan yang hebat–tentu dari sumber dana pusat, karena hanya dengan kebersamaan itu dapat terwujud, karena 4 kursi “politik” dari 13 kursi yang diperebutkan, merupakan satu rasa yang dapat merubah wujud tengah tenggara lebih baik.
Dan tentu dengan wacana mensejahterakan rakyat Gayo dan Alas dengan konsep sinergi, yakni menjadikan kawasan Aceh Leuser Antara (ALA) dimulai dari pola pembangunan kawasan yang bersinergi, termasuk memilah pengelolaan daerah sendiri sebagai bentuk Tengah Tenggara yang kuat. Bila terlaksana, maka 4 kursi “politik” untuk ALA bukan tidak mungkin akan lahir dan menjadi “kekuatan baru” pulau sumatera.
Penulis adalah Redaktur Pelaksana “LintasGayo”