Keber ni Gayo: pemisahan provinsi lebih pada administratif, bukan orang dan budayanya

oleh

joe_jamhuriBanda Aceh-LintasGayo.co: Budayawan dan pelaku seni Jauhari Ilyas atau biasa disapa Joe Samalanga menilai, kebiasaan politik di Gayo lebih sebagai perlakuan politik santun yang dikenal dengan politik intelektual. Orang Gayo mengenal politik bukan sebagai tindakan kekerasan, tetapi sebagai perspektif pemikiran untuk mencapai tujuan.

“Di Gayo tidak ada politik kekerasan,” kata Joe Samalanga pada acara Keber Ni Gayo yang ditayang langsung televisi lokal Aceh TV, Jum’at malam (18/4/2014)  di Banda Aceh.

Menurut Joe, peristiwa kerusuhan di Takengon pada saat masa kampanye antara sebuah partai lokal dengan massa ormas di Takengon dan Bener Meriah, sudah dapat ditebak tidak akan berlangsung lama, karena pada prinsipnya kedua massa lebih mengutamakan berfikir sehat, dan mereka orang Gayo.

“Intinya orang Gayo lebih memerankan berfikir daripada bertindak kekerasan,” ujarnya.

Acara bertajuk “Gayo dan Peluang Legislatif” yang dipandu Drs Jamhuri, MA disebutkan, keberhasilan pemilu di Gayo lebih sebagai kesadaran politik masyarakat yang kian meninggi. Sebuah pertanyaan dari audien tentang arah politik jangan digiring pada perpecahan “suku”, Joe Samalanga sepakat,dan orang Gayo adalah masyarakat yang terbuka.

“Orang Gayo membuka diri kepada siapapun, namun apabila ada gerakan pemisahan provinsi, maka itu lebih sebagai pemisahan administratif, bukan orang atau budaya. Maka itu harus diterima sebagai aspirasi masyarakat,” demikian kata Joe. (BM)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.