ADA yang berubah dalam ruang kerja Wakil Ketua MPR RI, Dr Ahmad Farhan Hamid, MS. Di salah satu sudut ruangan terdapat satu unit mesin penyeduh kopi (coffee maker) buatan Italia. Diletakkan di atas meja kecil dekat jendela. Kain bermotif kerrawang Gayo warna dasar hitam melapisi bagian atas meja.
Di meja itu juga ada berbungkus-bungkus kopi Gayo beragam merk, seperti “Lakun Kopi, Aroma Gayo Coffee, Redlong Coffee Arabika, Tour de Coffee Ghayo Arabica, Horas Kopi Gayo, Ellite’s Coffee Pure Arabica Gayo,” dan lain-lain. Cangkir kopi espresso berwarna biru, diletakkan di sebelah mesin, berdekatan dengan mangkuk berisi potongan-potongan kecil gula aren. Tidak luput, di sisi meja, selebar banner dibentangkan berisi promosi kopi Gayo.
“Itu adalah Pojok Kopi Gayo,” kata siempunya ruangan, Farhan Hamid kepada LintasGayo.co baru-baru ini.
Menghadirkan “Pojok Kopi Gayo” adalah wujud dari janji yang diucapkan Farhan Hamid saat membuka acara “Didong Senayan dan Pameran Kopi Gayo” di Gedung MPR RI 25 Oktober 2013 silam.
Ketika itu ia mengutarakan bahwa akan menghadirkan Pojok Kopi Gayo” di Lantai 9 MPR, tempatnya berkantor sebagaiWakil Ketua MPR. Dengan cara itu, ia ingin memperkenalkan kopi Gayo kepada seluruh tamu yang dating keruangannya.
“Mulai sekarang tidak boleh ada tamu yang keluar dari ruangan saya sebelum merasakan seduhan kopi Gayo,” kata Farhan Hamid.
Farhan, yang juga anggota DPD RI asal Aceh, prihatin dengan publikasi kopi arabika Gayo yang sangat terbatas di dalam negeri.Sementara di luar negeri mendapat penghargaan tinggi.
Tanah Gayo, terdiri dari Bener Meriah dan Aceh Tengah, merupakan penghasil utama kopi arabika di dunia dengan luas areal 80 ribu hektar dan produksi rata-rata 60 ribu ton per tahun.
Ketika itu ia lalu menjanjikan membantu promosi kopi Gayo dengan cara membuat pojok kopi Gayo di kamar kerjanya. Setiap tamu, baik dalam negeri maupun asing yang masuk dalam ruang kerja tersebut akan mendapat sajian dan minum kopi Gayo. Secara berantai tentu akan member dampak pada konsumsi kopi Gayo.
Ia mengandaikan, jika semua wakil rakyat asal Aceh yang berkantor di Senayan, terdiridari 13 anggota DPR dan 4 anggota DPD, melakukan hal yang sama, pasti dampaknya akan lebih besar. Begitu juga, untuk setiap kantor di Aceh, baik di provinsi maupun di kabupaten/kota, melakukan cara promosi untuk banyak produk UMKM (usaha masyarakat kecil menengah) Aceh, misalnya, dengan cara seperti ini, kemajuan akan bisa lebih cepat dirasakan masyarakat.
“Kegiatan seperti ini harus tumbuh atas kesadaran pribadi setiap orang, khususnya setiap pejabat, terutama di Aceh, jangan disuruh atau dipaksa,” kata Farhan.
Farhan Hamid juga fasih menjelaskan cara menyeduh kopi dan cara minum kopi dengan gula aren, khas masyarakat Gayo. Gula aren merupakan pemanis kopi paling tua di Gayo, sebelum ditemukannya gula pasir dari tebu. Gula aren berasal dari pohon nira yang banyak dibudidayakan masyarakat Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Tenggara dan Gayo Lues.
“Gula aren yang ini saya bawa dari Aceh Tenggara,” kata Farhan.
Orang Gayo menyebut “kupi kertup” saat minum kopi dengan gula aren.Gula diemut terpisah dengan kopi.Rasa kopi dan gula aren menyatu langsung di mulut.
Di meja kecil tadi ada sejumlah “pin” yakni souvenir yang bertuliskan “KE ACEH WAJIB NGOPI” produksi “Partikel” Banda Aceh. “Pin” tersebut memiliki magnet, dan bisa dijadikan hiasan pada pintu kulkas.
Minum Kopi Spesial
Farhan Hamid secara khusus menyuguhkan kopi arabika Gayo sebagai minuman dalam pertemuan konsultasi dan koordinasi ketua lembaga-lembaga negara di ruang Delegasi Gedung Nusantara IV MPR RI, Senayan, Jakarta, Kami pekan lalu (20/3/2014).
Hadir dalam Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono dan sejumlah menteri, Ketua MPR H Sidarto Danusubroto, Wakil Ketua MPR Hj. Melani Laimina Suharli, Lukman Hakim Saifuddin, Dr Ahmad Farhan Hamid. Dari DPR RI dihadiri Marzuki Alie, Irman Gusman (Ketua DPD RI), Muhammad Hatta Alia (Ketua MA), Hamdan Zoelva (Ketua MK), Hadi Purnomo (Ketua BPK), dan Suparman Marzuki (Ketua Komisi Yudisial).
Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan Hamid mengatakan, kopi arabika Gayo disuguhkan sebagai bagian dari promosi mengangkat potensi dan keunggulan komoditi lokal.
“Saya boyong mesin penyeduh kopi dari ruangan saya berikut bubuk dan gula aren,” kata Farhan.
Kepada para pejabat tersebut, Farhan menjelaskan cara minum kopi Gayo dengan gula aren tadi. “Pak Hatta Radjasa dan Pak Djoko Suyanto, sangat menikmati,” kata Farhan tentang reaksi Menko Perekonomian Hatta Radjasa dan Menpolhukam Djoko Suyanto saat mendapat suguhan kopi tersebut.
Djoko Suyanto memuji usaha Farhan Hamid mempromosikan kopi Gayo tersebut dan menurutnya pantas ditiru pejabat lainnya. “Di Indonesia yang seperti ini musti digarap oleh putra-putra daerah. Cara ini arus ditiru untuk mempromosikan unggulan daerah,” komentar Menkopolhukam DjokoSuyanto.
Selain kopi Gayo, pertemuan pimpinan lembaga negara tersebut juga mendapat suguhan sop konro dari Makassar, nasi Liwet dan aneka makanan khas Indonesia lainnya.(Zuhri Sinatra)






