Kopi Gayo di Bumi Rafflesia

oleh
Di
Di Rumoh Atjeh Bengkulu

PADA umumnya kebiasaan masyarakat di Aceh tak bisa lekang dari kopi. Maka kapan dan dimanapun akan tetap si hatam itu yang akan dicari. Begitu juga dengan para peserta Hari Pers Nasional (HPN) Asal Aceh. Hari pertama, jum’at (07/02/2014) berada di Bumi Rafflesia telah mencari-cari si hitam ini. Tanpanya hidup terasa hampa dan kepala pusing.

Untungnya peserta dari Aceh di dampingi oleh Firdaus yang juga berasal dari Aceh dan telah lama mendiami bumi Rafflesia ini. Jadi untuk masalah kuliner Aceh di Bengkulu ia telah hafal betul dimana letaknya. Hingga kami diajak ke warung kupi Rumoh Atjeh yang terletak di Pintu Batu Jl. Sudirman no 9.

Sesampainya di Rumoh Atjeh Daus, begitu sapaan akrabnya telah mengenalkan kami pada pengelola warung ini. Ini orang Aceh ungkapnya kepada pengelola warung dengan menggunakan bahasa Aceh yang masih kental. Hendra ikut tersenyum sambil menganggukkan kepala ramah.

Warung yang berdiri sejak 2010 ini bermula ketika setiap berkumpul masyarakat Aceh pasti akan meminum kopi. awalnya hanya coba-coba tapi ternyata masyarakat sangat antusias menikmati kopi maka kita buka warung ini. Sekarang kita telah punya cabang di dekat Pantai Panjang uangkap Fendi pemuda asal Indrapuri ini.

Menu yang paling diminati adalah mie Aceh dan kopi Gayo, selain cara penyajian yang unik juga karena rasanya yang nikmat. Untuk setiap bulannya kita bisa menghabiskan 20-25kg bubuk kopi yang dipesan langsung dari kota dingin Takengon.

“Ah, memang tak ada yang bisa mengalahkan kopi asal dataran tinggi ini,” ungkap Fendi

(Zuhra Ruhmi)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.