Ada Apa dengan Alam Gayo ?

oleh

Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA[i]

Alam Gayo
Alam Gayo

BANYAK orang berangapan bahwa dalam membangun daerah tidak perlu adanya orang yang berpikiran akademik karena orang-orang akademik menurut pendapat mereka terlalu teoritis dan terlalu lamban dalam memutuskan sesuatu sehingga yang terlibat dalam pembangunan sekarang adalah mereka yang berpikiran praktis yang tidak banyak membutuhkan kajian jauh kedepan. Akibat dari pola pikir seperti ini banyak pembangunan yang ketika sudah dibuat atau dibangun tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal bahkan sebenarnya pembangunan yang dibuat tidak sesuai dengan standar.

Ada analisis lepas yang didapat dari Dr. Alfiansyah (ahli di bidang Pengairan) yang mengatakan sulit untuk mencari hubungan logis antara surutnya danau Laut Tawar dengan berkurangnya pepohonan diseputaran Danau,  seharusnya kalau susutnya air danau disebabkan oleh berkurangnya pohon tentu danau akan meluap ketika datangnya hujan tetapi ini tidak pernah terjadi khususnya di Laut Tawar. Hasil pengamatan ilmiah lain yang dikemukan dan berbeda dengan pendapat umum selama ini, bahwa kering, menjadi tua atau matinya tanah bisa disebabkan oleh tanaman kopi, karena kopi yang ditanam oleh masyarakat pada dasarnya membuat air tidak turun ke tanah karena tertahan oleh berlapis-lapisnya daun, apalagi tanaman kopi yang ditanam oleh masyarakat terlalu rapat.

Inilah alasan yang mungkin bisa kita lihat bahwa ada sebagian kebun masyarakat tumbuh hidup subur dan sebagiannya menjadi kering padahal usia tanam yang belum begitu lama, ada hikmahnya kalau kita lihat orang-orang kita dahulu ketika menanam kopi dimana jarak satu batang dengan batang yang lain sangat lebar. Sedangkan sekarang tanaman kopi sangat rapat sehingga tanah yang ada di bawah pohon kipo menjadi kering.

Bapak Ir. H. M. Ahsan Jass, M.Eng (juga ahli pengairan) menyesalkan tentang kemampuan orang Gayo dalam mengelola air, pada hal potensi air di Gayo sangat luar biasa. Sebagai orang Gayo selama ini kita bangga dengan keberadaan danau Laut Tawar, namun kebanggaan kita hanya dengan keberadaan ikan depik (tidak lebih). Namun ketika ikan depik kini tidak lagi mengenal musim seharusnya kita mengadakan penelitian, kenapa dahulu ikan depik hanya ada ketika cuaca sangat dingin sedangkan sekarang sudah pada musim tidak dingin juga dan ikan depik yang keluar dengan jumlah kini sangat sedikit. sebagai orang yang ahli dalam bidang pengairan mengajak kita untuk mengkaji hal tersebut untuk mengetahui penyebabnya, apakah semata karena gejala alam atau memang karena ulah manusianya, kalau memang itu gejala alam tentu ada hikmah lain di balik itu semua namun apabila itu merupakan ulah perilaku manusia tentu haris diketahui langkah untuk memperbaiinya. Untuk selanjutnya hendaknya kebanggaan kita tidak lagi tertuju kepada ikan depik semata tapi bagaimana dengan adanya “Aqua Gayo”, potensi wisata yang ditata secara profesional atau juga budaya Gayo yang selama ini dikenal sangat tinggi, karena air Laut Tawar yang kita punya selama ini di manfaatkan Bireuen dan Aceh Utara untuk mengairi sawah-sawah mereka. Kembali ditegaskan jangan sampai kita punya harta orang yang lebih banyak memanfaatkan.

Demikian juga dengan potensi-potensi air yang lain, seperti air yang ada di Jamur Ujung menurut Ahsan Jass dahulu kedalamannya satu meter lagi tidak sampai ke jalan tapai kini sedah 10 meter dari jalan. Kalau kita berpikir jauh kedepan dengan acuan berpikir kebelakang tentu air itu satu saat akan kering lalu apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi hal tersebut.

Tidak ada lain yang bisa dilakukan kecuali dengan acara memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk mengelola kekayaan alam yang kita miliki, karena tanpa ilmu pengetahuan tentu akan muncul kepentingan dan pemenuhan kebutuhan  yang bersifat sementara. Dan itulah yang terjadi saat ini.

Untuk itu semua kita tentu tahu bahwa Gayo mempunyai sumber daya manusia (SDM) untuk itu dan selam ini dipakai oleh orang lain, kenapa kita tidak mengajak mereka untuk berdiskusi dan mengkaji guna mengembangkan potensi dan kekayaan alam Gayo yang kita punya.


[i] Dosen pada UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.