INGIN membangun Aceh menjadi lebih baik adalah cita-citanya saat ini. Ya, inilah salah satu impian Anharullah. Ia seorang pemuda kelahiran Gampong Simpang Tiga kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan.
Mungkin bagi sebagian orang cita-citanya itu terkesan berlebihan. Namun, tidak demikian bagi pria yang akrab di sapa Aan ini. Ia tetap optimis bisa membangun Aceh khususnya Aceh Selatan yang lebih baik. Terutama kini ia menjadi bagian dari agen perubahan melalui partai HANURA.
Pria kelahiran 10 Oktober, 32 tahun lalu ini bukan sekedar ikut trend ingin terjun ke dalam dunia politik. Minatnya pada bidang politik sudah nampak sejak ia mendalami pendidikan di fakultas ilmu politik Universitas Iskandar Muda Banda Aceh.
Sederet aktivitasnya di organisasi politik sejak masih kuliah pun bisa menjadi pengalaman yang dapat diandalkan. Diantaranya, Anharullah aktif di organisasi non pemerintahan sebagai aktivis LSM Emphathy Institute, direktur eksekutif Cendikia Muda Aceh sekarang dan juga di Ikram Institute.
Berbekal pengalaman-pengalamannya tersebut, putra kedua dari pasangan M.Husein Djakfar dan Marnilawati ini makin mantap memilih jalur politik sebagai kendaraan mewujudkan cita-citanya.
Tak hanya itu, ternyata pemuda yang juga alumni Madrasah Tsanawiyah di Alupaku Sawang Aceh Selatan, Madrasah Aliyah Negeri di Gayo Lues ini pun sejak awal memang sudah bertekad membangun Aceh Selatan secara simultan.
Ini terbukti dengan sempatnya ia mendirikan media lokal Aceh seperti Koran Gayo di Gayo Lues, dan Media Mingguan Media Aceh juga mendirikan Pustaka Mini di Kota dingin Gayo Lues untuk anak anak yang mendiami kota Seribu Bukit walaupun akhirnya ditutup karena ia dipindah tugaskan ke daerah lain.
Harapannya saat itu, melalui media massa dapat menjadi kontrol sosial untuk mengawal proses-proses pembangungan yang tengah berjalan. Hingga kini, ia pun masih aktif menjadi jurnalis (wartawan-red) di sebuah stasiun TV swasta.
Anharullah punya kebulatan tekad membangun Aceh Selatan agar bisa berjalan makin terarah jika dibarengi dari dalam diri kecintaan pada Aceh Selatan khususnya Sawang dan Meukek.
Rasa cinta terhadap bumi Aceh khususnya Aceh Selatan saya rasa sama dengan para pendahulu saya seperti Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Cut Mutia, Pocut Baren, Inen Mayak Teri, Raja Linge dan para pejuang pejuang dahulu dalam membangun Aceh.
Kecintaan terhadap Aceh Selatan umumnya Aceh dengan tidak berperilaku koruptif dengan tidak melakukan pembiaran pemerintah berlaku zhalim.
“Bagi saya seperti itulah rasa cinta saya terhadap Aceh. Khususnya Sawang dan Meukek umumnya Aceh. Apalagi Provinsi Aceh termasuk provinsi terkorup di Indonesia,” tutur Aan.
Ia pun meyakini, pembangunan Aceh Selatan mungkin tak akan semudah yang dibayangkan. Apalagi tanpa bimbingan agama yang bisa menjadi kontrol diri dalam menjalani berbagai bidang kehidupan termasuk politik.
Semoga Aceh Selatan menjadi lebih baik di masa mendatang.





