
TIBA-tiba suara mendayu, pilu dan sedih itu mengalun mengawali pertunjukan Gayo Art Summit di Gedung Dayan Dawood, Rabu malam (8/1/2014) kemarin. Seluruh penonton memberi aplaus pada suara “perempuan” yang duduk di lantai pentas, perempuan itu Salinawati S.Ag, penyenandung Tangis Dilo, sebuah kesenian khas Alas dari Aceh Tenggara.
“Tadi saya melantunkan syair penghormatan kepada tamu,kepada panitia, soal sopan santun dan nasehat,” kata Kalinawati kepada LintasGayo.co di Gedung AAC Dayan Dawood.
Salinawati merupakan sosok terkenal penyenandung seni tutur “Tangis Dilo” di Kutacane, Aceh Tenggara. Dia juga peraih juara senitutur tersebut beberapa kali di Kutacane, kini dia tercatat sebagai guru Agama di SMP Negeri 4 Kutecane.
Seni tutur Alas “Tangis Dilo pernah redup gara-gara kurang mendapat perhatian, namun sekarang, katanya, mulai banyak orang muda melantunkan “Tangis Dilo” ini. “Untungnya sekarang ada festival Tangis Dilo setiap tahun, sehingga kita tau minat anak-anak sekarang,” ujarnya.
Salinawati sendiri mengaku kalau dirinya baru memulai bersenandung Tangis Dilo saat mulai duduk dibangku SMA. Kala dia SMA seniman Tangis Dilo sangat terbatas dan nyaris orang muda kala itu enggan memainkiannya. “Sekarang sudah mulai muncul orang-orang muda,”ujarnya.
Namun begitu, selama menjadi penyenandung Tangis Dilo, dirinya belum pernah keluar dari Kutecane sehingga tampil di luar daerah menjadi agak sedikit “gugup”. “Baru kali ini saya main diluar Kutacane,” akui Kalinawati.
Namun begitu, dengan perkembangan Tangis Dilo ini sudah cukup memnyenagkan hatinya. Artinya Tangis Dilo takkan “mati”. Tapi harapan kedepan, Salinawati sangat mengingini kesenian nenek moyang orang Alas asli tersebut bisa dikenal, karena selama ini Alas sangat jarang tampil.
“Mudah-mudahan kedepan seni adat ini bisa maju dan berkembang, serta dapat menghidupi senimannya,” pintanya.
Tangis Dilo merupakan sebuah kesenian Alas yang mirip dengan “Sebuku” kalau di Gayo,yakni ratapan yang mengandung nasehat. Tangis Dilo biasa disenandungkan pada acara-acara adat seperti tepung tawar, penyambutan, dan perkawinan.
Namun Salinawati mengaku “buta’ dengan latar belakang Tangis Dilo.Dirinya cuma mengetahui kalau tari Dilo merupakan kesenian tradisional Alas yang sudah ada sejak dahulu kala. (tarina)