
HARI Ibu yang diperingati setiap 22 Desember tidak boleh hanya berhenti sekedar untuk menunjukkan kasih sayang dan perhatian kepada ibu. Apalagi hanya sekedar ungkapan melo alias sedih karena merasa kurang memberi perhatian kepada Ibu.
Tidak ada ibu yang mau melihat anak-anaknya sedih dihari peringatannya. Semua ibu ingin anak-anaknya tegar melebihi ketegarannya dalam menghadapi kesusahan dalam mengasuh anak-anaknya.
Jadi, semua anak mestinya harus melakukan langkah yang lebih membanggakan para ibu, misalnya dengan merawat dan menjaga Ibu Pertiwi. Bukankah setelah kita dikandung di rahim ibu kita langsung “dikandung” di rahim Ibu Pertiwi. Jika kita dikandung ibu selama 9 bulan maka di “rahim” Ibu Pertiwi kita “dikandung” selama hayat.
Saya yakin semua ibu akan bangga kepada semua anak-anaknya yang mau memakmurkan Ibu Pertiwi, atau tdk membuat kerusakan di atas bumi karena bumi persada ini adalah Ibu Pertiwi kita semua.
Penulis adalah Penulis Damai dan Budayawan Aceh





