Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Bukan Sekadar Belajar Bicara Seperti Balita!

oleh

MENJURUS pada pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat sekolah menengah atas khususnya di Kota Takengon, kesadaran dalam mempelajari materi bahasa Indonesia masih sangat perlu ditingkatkan. Bersebab bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang sudah diperkenalkan dan digunakan seseorang sejak kecil oleh lingkungan keluarga, diduga hal inilah yang membuat mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran yang minim peminatnya. Pemikiran bahwa penggunaan bahasa Indonesia hanya sebatas sebagai alat komunikasi di kalangan masyarakat, apalagi di dataran tinggi Gayo yang umumnya pemerolehan bahasa pertamanya (mother tongue) merupakan bahasa Gayo.  Ari kucakmu berbahasa Indonesia, masa oya mien i pelejeri? (Dari kecilmu sudah berbahasa Indonesia, masa iya itu lagi yang dipelajari?) Maka banyak siswa bahkan masyarakat kita yang memiliki anggapan, bahwa belajar bahasa Indonesia sama saja seperti belajar bicara ketika balita!

Sangat memilukan, ketika mata pelajaran bahasa Indonesia mulai diremehkan. Mata pelajaran bahasa Indonesia di tingkat sekolah pada dasarnya mengajarkan siswa untuk terampil dalam berbahasa, upaya memenuhi empat komponen berbahasa. Seperti yang dikemukakan oleh Syarifah Ismail (2008) bahwa empat komponen keterampilan berbahasa tersebut mencakup keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills) dan keterampilan menulis (writing skills). Keterampilan menyimak, siswa terampil untuk menangkap gagasan yang disampaikan secara lisan. Keterampilan berbicara, diperlukan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk ujaran. Keterampilan membaca, diperlukan untuk memperluas wawasan dan menambah pengetahuan. Selanjutnya keterampilan menulis, diperlukan untuk mempublikasikan ide, gagasan dan perasaan dalam bentuk tulisan.

Contoh sederhana dalam keterampilan menulis, anggap saja seorang siswa yang begitu pintar dalam bidang sains. Mengikuti ajang perlombaan penulisan karya ilmiah, dari sebuah hasil penelitian yang ia lakukan. Penelitian yang begitu detail, dengan menghasilkan data-data yang akurat dan bisa dipertanggungjawabkan. Kemudian tugas selanjutnya adalah menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah.  Sebagai dasar ilmu yang patut ia pahami adalah mengenai ejaan. Jika tidak dibekali dengan pembelajaran bahasa Indonesia atau buku pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, maka otomatis hasilnya akan terdapat kesalahan ejaan di dalam tulisannya. Belum lagi tentang penggunaan kalimat efektif, koheren dan koherensinya paragraf yang ia tulis. Oleh karena itu  melalui pembelajaran mengarang dalam bahasa Indonesia adalah salah satu proses pembelajaran yang paling cocok, untuk melatih keterampilan menulis siswa.

Contoh lainnya adalah keterampilan berbicara, di kelas X SMA terdapat materi pembelajaran menceritakan pengalaman dengan menggunakan ekspresi dan pilihan kata yang tepat. Materi pembelajaran ini memang terlihat sederhana, namun pada dasarnya menguji coba kemampuan siswa untuk mampu terampil berbicara. Bagi seorang siswa yang tidak terbiasa berbicara menggunakan bahasa baku (situasi formal) serta kurangnya penguasaan kosa kata, maka akan sangat terlihat jelas ketika ia ingin mengungkapkan kalimat, ia akan kebingungan memilih kosa kata bahkan seakan-akan ia tidak memiliki stock kata-kata.

Dari kedua contoh di atas, hanyalah sebagian kecil dari pentingnya mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Jika hal demikian ini terus berlanjut, tidak dipungkiri pengguna bahasa Indonesia akan mengalami kemerosotan. Ditambah lagi, dengan hadirnya bahasa-bahasa slang (bahasa yang digunakan oleh komunitas tertentu, misalnya bahasa gaul) yang saat ini kian pamor digunakan oleh kalangan muda tanpa terkecuali remaja di Gayo.  Dibutuhkan filter agar siswa mampu membedakan penggunaan bahasa tersebut, baik di lingkungan formal atau nonformal dan salah satu alat filter itu adalah melalui pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.

(Zuliana Ibrahim)

Biodata:

anaZuliana Ibrahim,  alumni SMA Negeri 1 Takengon, alumnus FKIP Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Beberapa karyanya berupa puisi dan cerpen terbit di harian Medan Bisnis, Analisa, Mimbar Umum, Serambi Indonesia, Sinar Harapan, Majalah teropong UMSU dan Majalah LPM Dinamika IAIN. Selain itu, juga terangkum dalam beberapa sejumlah buku antologi. Merupakan dewan ahli di Komunitas Penulis Anak Kampus (KOMPAK) juga aktif di Komunitas Seni Budaya Lintas Gayo.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.