Kisah Oska, sang Sopir Bertitel SH

oleh

oskaJALAN hidup seseorang memang tidak bisa diprediksi oleh manusia seperti halnya, Oska, warga Pegasing yang berprofesi sebagai sopir angkutan umum minibus lintas Takengon-Banda Aceh.

Dia seorang sarjana hukum lepasan Universitas Bung Hatta di Padang Sumatera Barat, beberapa kali ikut tes masuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) namun tak jebol-jebol. Tuntutan ekonomi akhirnya memaksa Oska pemilik Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,6 ini menjadi sopir sejak 3 tahun silam.

Anak sulung dari ibu pemilik warung tertua di Wih Nareh STM Pegasing sudah berstatus yatim sejak tahun 2000, dan ditahun yang sama dia memutuskan untuk meneruskan pendidikan ke Padang Sumatera Barat. Dia menyelesaikan pendidikan dengan susah payah karena persoalan biaya.

“Saya anak paling sulung di keluarga yang hidup pas-pasan terlebih tanpa ayah. Saya kerja sambil kuliah, dagang ini dan itu, di Padang hingga Jakarta, Yogyakarta dan Bali,” kata Oska yang bercerita sambil mengemudikan kenderaanya dari Banda Aceh ke Takengon, Sabtu 21 September 2013.

Oska pernah berjualan nasi goreng, berdagang kain di Tanah Abang Jakarta dan berdagang benda-benda souvenir dari Yogyakarta hingga ke Bali.

“Saya mesti pulang karena anak tersulung di keluarga, kasihan ibu saya sendiri sebagai tulang punggung keluarga,” kata Oska yang rupanya merupakan cucu tokoh masyarakat Aceh Tengah di Uning Pegasing yang populer dengan panggilan Kek Jaksa.

Sampai kapan Oska menjadi sopir, dia nyatakan tidak akan berlama-lama dengan profesi tersebut karena penghasilan yang pas-pasan saja. “Saat ini cukuplah untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya dengan satu orang anak,” kata suami Rahmi, seorang karyawati di koperasi Baburayyan Pegasing, koperasi pengekspor kopi organic ke manca negara.

Ditanya apa yang paling mengesankan menjadi sopir lintas Takengon-Banda Aceh, Oska sambil tertawa menyatakan makan siang dalam perjalanan selalu gratis.

“Saat waktunya makan siang, kami tinggal mampir di warung makan mana saja, untuk sopir tidak dipungut bayaran. Mungkin karena kami perantara sumber rezeki bagi pemilik warung’, kata Oska sambil tertawa.

Kepada generasi muda Gayo, Oska berpesan agar jangan berharap jadi PNS setelah jadi sarjana. “Carilah keahlian lain untuk bekal hidup, jika memang rezeki jadi PNS tentu akan diterima juga,” ujar Oska yang lebih suka mengemudi di malam hari karena lebih aman dan waktu tempuh lebih singkat ketimbang siang. (Kha A Zaghlul)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.