Takengon – LintasGayo : “Ikan Depik dan ikan Kawan adalah aset dunia”, demikian dinyatakan berulang-ulang dengan nada suara agak meninggi oleh Dr. Ir. Husnah, M.Phil seorang peneliti senior dari Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BP3U) Palembang yang telah melakukan penelitian di Danau Lut Tawar dan DAS Peusangan sejak tahun 2012 lalu.
Pada kesempatan acara Focus Group Discussion (FGD) atau kelompok diskusi terarah di Opsroom Setdakab Aceh Tengah pada Senin, 26/08/2013, Husnah kembali menegaskan bahwa Ikan Depik (Rasbora tawarensis) dan Ikan Kawan (Propuntius tawarensis) merupakan ikan endemik yang hanya terdapat di Danau Lut Tawar, tidak ada terdapat didaerah manapun dan di negara manapun.
“Kita harus bangga bahwa Indonesia punya Danau Lut Tawar yang memiliki dua jenis ikan endemik ini,” ungkapnya.
Sekarang tinggal keseriusan kita semua, baik pemerintah maupun masyarakat, apakah kita bisa berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan sumberdaya ikan tersebut atau tidak, itu semua tergantung kita semua sebut Husnah.
Sudah menjadi Aset dunia maka tanggung jawab semua untuk menjaganya, jika sempat hilang atau bahkan punah seiring dengan rusak dan hilangnya Danau Lut Tawar sebagai habitat aslinya, maka kitalah yang bertanggung jawab, terutama masyarakat dan pemerintah Kabupaten Aceh Tengah terang Husnah.
Husnah juga menjelaskan bahwa status ikan Depik dan Kawan ditinjau dari segi upaya konservasinya telah mencapai level “Vulnerable” atau sedang mengalami status rentan terhadap kepunahan. Bahkan beberapa peneliti lain menyebutkan bahwa ikan Depik dan Kawan telah mengalami status “Endangered” atau Terancam punah.
Untuk itu mari kita jaga kelesatarian Danau Lut Tawar, sebagai habitat asli Ikan Depik dan Kawan, dan jadikan Depik dan Kawan sebagai maskot atau ikon Takengon, ajak Husnah. (MA).
