Gempa Gayo (bagian 10)
Catatan: Aman ZaiZa
Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka
Nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indoensia
Merrdekaaaaaaaa..sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan…
……
Begitulah lirik salah satu lagu wajib nasional yang sudah diajarkan kepada kita sejak sekolah dasar (SD). Lagu ini merupakan salah satu lagu yang “wajib” di hafal oleh anak-anak guna menanamkan rasa nasionalisme dari sejak dini.
Rasa nasionalisme ini tidak akan pernah hilang, sejauh refleksi kemerdekaan itu mengingatkan kita pada sejarah perjuangan bangsa ini hingga merdeka pada 17 Agustus 1945 dan hingga kini sudah 68 tahun.
Lalu, tentunya ada diantara kita bertanyak. Apa pula hubungannya dengan gempa Gayo?. sebagai kilas balik, kita mungkin mengingatnya, bahwa pada peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan RI ke 68 di lapangan Blang Padang Banda Aceh, 17 Agustus 2013, ada nuansa lain dari biasanya. Hal itu terlihat dengan seragamnya para ibu-ibu atau istri para pejabat di Aceh menggenakan pakaian adat Gayo berupa opoh pawak.
Opoh pawak dengan corak kerrawang Gayo itu hampir rata dikenakan para istri pejabat di Aceh ini. Sehingga kesannya amat mendalam. Bahwa Gayo, dengan budaya (pakaian tradisional) itu begitu serasi dan sepadan dengan nuasa Merah Putih.
Hanya saja, tidak diketahui secara pasti mengapa opoh pawak kerrawang Gayo itu dikenakan para istri pejabat yang terlihat seragam itu. Apa ini sebagai bentuk empati seakan mereka menyampaikan pesan: “Lihatlah Gayo, mereka masih butuh perhatian”.(https://lintasgayo.co/2013/08/17/galeri-foto-nuansa-gayo-pada-puncak-hut-ri-blang-padang)
Dari Blang Padang, kita kembali ke bumi Gayo, dimana upacara bendera peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 2013 di kecamatan Ketol berjalan lancar. Meski kecamatan ini merupakan lokasi terparah imbas gempa Gayo yang terjadi 2 Juli 2013 lalu.
“Pelaksanaan upacara detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI ke 68 tahun berjalan khidmat dan semarak jika dibandingkan tahun lalu. Ini ditandai dengan antusiasme warga masyarakat yang juga ikut mengikuti upacara hari ini,” ungkap Iwan Kenangan, Kasi Keteriban Umum kantor Camat Ketol dan juga sebagai pemandu upacara kepada LintasGayo, Sabtu 17 Agustus 2013.
Upacara yang dilaksanakan di lapangan Helipad tempat turunnya helicopter rombongan Presiden RI beberapa waktu lalu, tepatnya di depan masjid Baitul A’la kecamatan Ketol ini dipimpin langsung Kapolsek Ketol, Muhibbud Tabri dan bendera merah putih dikibarkan oleh Paskibraka dari SMA 9 Ketol.( https://lintasgayo.co/2013/08/17/di-lokasi-gempa-gayo-upacara-bendera-hut-ri-khidmat)
Banyak tersirat makna yang tertanam dalam refleksi hari kemerdekaan tersebut. Meskipun hari kemerdekaan itu sudah berlalu agak jauh, namun nuansa itu masih terasa kental diingatan kita, bahwa sebenarnya kita belum tuntas memerdekakan Gayo pasca gempa.
Masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) yang harus segera kita tuntaskan. Dan ini tentunya membutuhkan perhatian semua pihak. Jangan sampai persoalan gempa Gayo ini hilang begitu saja, tanpa ada yang meliriknyalagi.
Semangat dan gairah itu harus terus kita kibarkan, hingga akhirnya masyarakat Gayo bisa tersenyum kembali. Bukanlah kita ketahui, bahwa sebelumnya ada janji dari bantuan untuk rumah yang rusak akan direalisasikan akhir Agustus 2013 mendatang.
Kepastian waktu realisasi tersebut muncul dari Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Ma’arif, 18 Juli lalu, saat memberi penjelasan terkait penanganan bencana gempa Gayo.
Presiden SBY sendiri, saat meninjau dan melihat dari dekat Gayo pasca gempa 9 Juli lalu, juga telah menetapkan bantuan pembangunan rumah yang akan disalurkan dengan besaran Rp40 juta untuk rusak berat, Rp20 juta untuk rusak sedang dan Rp10 juta untuk rusak ringan.
Tim BNPB pun kabarnya sudah menuntaskan verifikasi, yang dilakukan sejak 23 Juli lalu. Kini, akhir Agustus itu tinggal hitungan hari. Bisa dihitung tersisa 8 hari lagi penanggalan dalam bulan Agustus ini.
Apakah realisasi bantuan bagi korban gempa Gayo yang sudah ada titik terang? Lalu bagaimana mekanisme penyalurannya apa sudah ada? Siapa saja yang berhak menerima bantuan itu nama-namanya sudah terjamin ke akuratannya? Dan banyak lagi pertanyaan yang terus muncul dibenak kita sebenarnya.
Untuk itu, mari buka mata, buka telinga untuk terus memantau Gayo. Jika semua itu hanya janji-janji belaka , maka alangkah sedihnya masyarakat kita, yang hanya hangat dibicarakan kala awal-wal bencana itu terjadi.
Jangan biarkan Gayo terus menangis, hanya ulah orang-orang yang berbibir manis. Sedangkan, kala jauh dimata, Gayo pun terlupakan begitu saja. Semoga itu tak terjadi kawan…bersambung
