SIAPA yang tidak mengenal H. Rasyid. Dialah pengusaha kopi di Gayo yang ramah dan punya kepekaan sosial tinggi. Kesederhanaannya sudah teruji, dan itulah yang membikin dia disukai oleh banyak orang.
Namun kini wajah ceria dan ramah itu berubah, H Rasyid jadi pemurung dan selintas tampak seperti laki-laki yang kurang bersemangat.
“Saya memikirkan orang yang bekerja, bagaimana nasip mereka,” katanya singkat.
Gempa yang melanda Gayo telah merubah H Rasyid. Usaha yang telah dia rintis sejak tahun 1995, kini hancur di hayun gempa. Seluruh ruangan usaha yang baru dia bangun tidak berfungsi lagi, tampak bangunan besar tempat mengolah kopi dan penggdangan itu harus diruntuhkan, karena sudah hancur.
“jangankan biaya membangunnya, untuk uang meruntuhkannya saja tidak tau di bawa darimana,” jelas H rasyid.
H Rasjid pasrah. Diperkirakan gudang kopi yang dia bangun seluar hampir mencapai satu hektar itu diperkirakan merugi hingga Rp.7 Milyar. Dan dia bukanlah tipe orang yang suka bermain dengan bank dan asuransi, sehingga usahanya itu harus dibangun sendiri kembali.
“Saya tidak mau berursan dengan bank karena cuma menyulitkan saya menarik tenaga kerja,” katanya.
Di Gudang Oro Kopi, H Rasjid memperkerjakan sedikitnya 250 pekerja. Laki-laki dan perempuan. Dan sebagai komitmennya, H Rasjid memang memperkerjakan mereka karena berekonomi lemah, malah, perempuan-perempuan yang bekerja itu adalah sebagian besar janda miskin korban bencana, korban konflik dan janda cerai.
“Kemana lagi mereka,” ulangnya haji Rasjid berkali-kali.
Dia ceritakan, menjelang gempa 6,2 skala richer melanda Gayo, pihak manajemen sedang mempersiapkan gaji para pekerja, karena sudah mendekati Ramadan. belumsempat di bagi, gempa mengayun tanah Gayo, dan perusahaannya menjadi salahsatu korban bencana yang hancur.
Namun begitu, tidak tahan pada penderitaan pekerjanya, gaji-gaji karyawannya dia bayarkan sehari menjelang megang, tapi dalam suasana haru, seluruh karyawan menangis, dan kemudian bertanya soal nasib mereka kedepan.
Tentu, H rasjid sulit menjawabnya. Dia hanya menyampaikan pesan kepada para pekerja setianya itu, sementara silakan bekerja ditempat lain dulu sampai Gudang aktif kembali.
H. Rasyid memulai usaha jual beli kopi sejak tahun 1998. Bermula dari sebuah sepeda motor prima yang dia jual seharga Rp.2.200.000′- sebagai modal awal. Dia mulai melakukan jual beli kopi secara kecil-kecilan, dan secara perlahan menyelami pola dagang kopi dari toke-toke kopi di Gayo.
Bergerak dengan dana kecil itulah lalu H rasyid mulai mengembangkan usaha dengan menjual kopi langsung ke Medan, walau ketika itu tempat dia mulai usaha di Mongal, Bebesen, hanya dengan ruangan berukuran 26×13 meter saja. Dan sebenarnya, dari gudang Oro Kopi H Rasjid melakukan ekpos kopi untuk beberapa negara maju juga seperti Inggris, Jerman, Amerika Serikat, Jepang, Korea, Thailand, dan sejumlah negara lainnya.
Hal itu yang kemudian pada tahun 2004 H rasyid pun mulai melakukan pembangunan gudang, dan terus berlanjut pembangunan Gedung Laboraturium. Tapi H Rasyid tidak cukup puas, diapun lantas memperkenalkan kopi melalui produk packeging bermerek Gayo Aceh Coffee, usaha itu baru dia jalani sejak beberapa waktu lalu dan belum diperkenalkan secara luas.
Bermodal Gudang dan laboraturium yang dimiliki itulah, sekarang produksi kopi yang berhasil di ekspor H Rasjid mencapai 500 ton lebih perbulan, termasuk untuk kebutuhan nasional.
Namun Kini, semua harta itu runtuh akibat gempa, namun dia tetap bersabar dan pasrah. Bapak 3 orang anak ini juga menyadari semua usaha itu bukan miliknya kecuali kuasa Allah. bertahun-tahun dia merintis, dan hanya dalam hitungan detik semua ludes. Tapi kembali, katanya, Itu kuasa Allah.
Pemikiran paling besar dipundaknya, bagaimana usaha ini kembali dan setidaknya nasip 250 pekerjanya dapat pekerjaan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. H Rasjid memang sederhana, namun begitulah dia, tetap bertahan dengan kemanusiaan. Semoga usahanya kembali pulih. (tarina)