Puisi Kopi Vera Hastuti

oleh

 

Tentang Kita

Secangkir kopi ini
mengingatkanku padamu
tentang kita
yang  membahas banyak hal
tentang mimpi
cita-citaoptimisme
harapan
dan pengharapan
di suatu senja,
disaat kita masih bersama dulu

Takengon, 2 Juni 2013

Nak

Kebun kopi kecilku
Indah terawat menghijau
Asaku…
Citaku…
Untuk buah hati

Rumah kecilku
Naungan pelabuhan hidup
Kehangatan yang semoga untuk selamanya ada
Menyenangkan…
Saat di mana tangan cekatan memetik
Asa membuncah menebal
Sejuk hati menatap hamparan pohon kopi

Namun…
Aku terpaku…
Ketika peluh tak sepadan waktu
Tak bernilai…

Ah, mestinya jemari anakku telah memainkan sepedanya
Menggeluti hari bersama temannya mengitari jejalanan
kini ia hanya disini…
Memelukku dengan tangis penuh harap

Diantara kebun kopi kecil yang indah
Aku hanya mampu berkata lirih

“maafkan kami nak”

Ayah

Ayah…
Masih membayang dalam benak
Tangah kurusmu letih tak berbilang
Tak pernah diam mengaruhi langkah

Mendayung sampan ke tengah danau
Mengurus ternak di pekarangan
Dan membelah hari diantara dahan-dahan kopi kita

Ayah…
Masih melekat di mata
Saat keringatmu tertinggal di dedaunan kopi
Atau ketika tanganmu mengayun menebas rerumputan liar

Aku tahu..
Walau tak kurasa usapanmu dikepala
Meski tak kulihat senyummu untukku
Namun tatapmu…
Adalah harapan hatimu padaku

Ketika fajar terbit di ufuk timur
Kuhirup segelas kopi hangat
Melukis senyum buat ayah tercinta
Karena kini harapan hatinya telah kuukir indah

Untukmu ayah…
Tersenyumlah…
Dan bahagialah disisiNya

Petaniku

Semilir angin pegunungan
Hijau daun pepohonan kopi…terbentang
Riuh rendah tawa petani
Di sela dahan dan ranting…menyaksi bisu

Bening air mata air
Kini mengalir bagai air mata
Kian melanda…harga…
Tak cukup jerih kau lontarkan
Tak usai hari terjalani pagi dan petang

Kegigihanmu mengalahkan terik matahari
Kekuatanmu menyelimuti hati yang risau
Harapmu kini…
Harapmu esok…
Harapmu pada masa depan

Jangan menyerah petaniku
Semoga mendung tak selamanya kelam
Akan ada saatnya
Kau gagah berdiri
Di hijau kopimu terderai tawa riuh rendah kembali

Vera

Vera Hastuti, adalah seorang tenaga pendidim di salahsatu Sekolah Menengah Umum di Aceh Tengah. Alumnus Pascasarjana ini kini tinggal di Jln. Sengeda Takengon.

Karya puisi Vera Hastuti di atas dinyatakan lulus seleksi tahap pertama dari sejumlah karya yang dikirim, dan berhak menjadi nominator karya yang akan dimuat dalam Buku Antologi Puisi “Secangkir Kopi” terbitan oleh The Gayo Institute (TGI) dengan kurator Fikar W Eda dan Salman Yoga S.

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.