Ketika Buku Jadi Musuh Bersama

oleh

Oleh: Darmawansyah*

‘Buku adalah jendela dunia’, penggalan pribahasa tersebut merupakan kalimat yang selalu digaungkan oleh guru dan menjadi stiker yang melekat di berbagai tempat dan juga dinding gedung perpustakaan, dinding kelas, di pintu-pintu lemari anak kost yang sedang menuntut ilmu serta berbagai tempat lainnya. Pribahasa tersebut mendorong sebagian orang untuk terus memegang buku dan membacanya demi meraih informasi di berbagai tempat sambil duduk, berdiri dan berbaring sembari rehat. Kenikmatan buku merupakan sesuatu yang berbeda bagi orang-orang yang tertarik akan nikmatnya informasi yang disajikan oleh sebuah buku. Buku tidak lain adalah sebuah tulisan yang terkumpul dalam lembaran-lembaran yang tersusun dan tersaji dalam sebuah thema tertentu oleh seseorang dan disajikan dalam bentuk hamparan kata-kata dan kalimat serta diterbitkan oleh penerbit atau bukan penerbit.

Buku menjadi icon anak pintar (kala itu), julukan itu menjadi sebuah sebutan presticius bagi anak sekolah yang selalu mencari informasi di perpustakaan dan memegang buku dimanapun berada. Namun sebagian lainnya berbeda, informasi bukanlah sesuatu yang nikmat ketika buku menjadi santapan sehari-hari dalam mencari informasi. Informasi dapat diraih dengan menikmati sajian media massa terutama media cetak yang terbit setiap hari yang kadang kala informasi yang disajikan merupakan berita dua atau tiga hari telah berlalu dan habis begitu saja tanpa ada episod lanjutannya, dan memang begitulah berita disajikan hanya sesuai dengan fakta dan data dilapangan dengan kejadian apa adanya.

Buku tidak lain adalah informasi yang menginspirasi bagi orang-orang yang dapat menjadikan informasi didalamnya sebagai inspirasi. Tidak sedikit inspirasi tertulis di buku dan diterbitkan oleh penerbit puluhan tahun lalu menjadi inspirasi orang-orang zaman sekarang, serta keberhasilan beberapa tokoh-tokoh dunia merupakan inspirasi dari tulisan buku-buku masa lalu. Tulisan-tulisan tangan artefak-artefak ribuan tahun lalu telah memberikan informasi kepada manusia di zaman sekarang bagaimana kehidupan masa lalu serta penemuan mereka akan sebuah ilmu pengetahuan yang hingga hari ini menjadi ikatan yang tidak terlepas dan juga menjadi dasar dari penemuan-penemuan terbaru sebuah ilmu pengetahuan. Semua itu berkat informasi yang diberikan secara tertulis.

Buku adalah sumber informasi yang tidak ada habisnya. Hingga hari ini masih banyak manusia menggali informasi dari buku yang telah terbit puluhan tahun dan bahkan ratusan tahun lalu sebagai dasar dari sebuah informasi terbaru atau pondasi dari sebuah teori yang ditemukan, dan buku selalu menjadi pegangan dari sebuah penelitian. Penguatan teori ilmu pengetahuan maka harus merujuk pada teori yang telah diuji dan dibukukan sebelumnya.

Pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh dunia terdapat dalam buku-buku yang telah mereka tulis, dan kita dapat mengetahuinya dari buku-buku tersebut. Hanya sedikit sekali pemikiran para tokoh dapat diketahui oleh orang-orang di zaman sekarang kalau bukan pemikiran yang telah tersaji dalam tulisan-tulisan yang terkumpul dalam sebuah buku. Informasi yang tidak pernah akan habis untuk digali dan di kaji oleh manusia adalah buku, karena ilmu terkandung dalam buku tersebut. Lembaga pendidikan yang mengkaji ilmu pengetahuan akan merujuk pada buku-buku sebagai dasar teori yang diajarkan kepada peserta didiknya dan ini telah berlangsung ratusan tahun lalu tatkala buku menjadi rujukan dari sebuah pengetahuan.

Bagaimana upaya pemerintahan islam di abad-abad kedua hijriah dan selanjutnya dalam megembangkan pendidikan dengan menjadikan buku-buku sebagai rujukan serta upaya-upaya pemerintah menerjemahkan ilmu pengetahuan dari berbagai buku berbahasa asing ke dalam bahasa arab serta membentuk perpustakaan-perpustakaan sebagai pusat-pusat studi di kala itu. Pengembara-pengembara ilmu juga mencari ilmu pengetahuan dari buku-buku tersebut hingga menjadi sebuah kecintaan yang tiada habisnya serta menjadikan penguasa kala itu menghargai sebuah buku dengan emas setara dengan berat buku tersebut.

Ketika buku menjadi barang yang tidak lagi dihargai hingga ungkapan “untuk apa di baca buku tersebut? Tidak ada gunanya” kadang kala menjadi momok yang sangat memprihatinkan dan kini telah menjadi budaya di masyarakat (ungkapan itu kadang dilakukan teman sesama teman, orang tua kepada anaknya dan lain sebagainya), dimana buku hanya dibutuhkan saat diperlukan saja. Seorang pendidik hanya menggunakan buku saat memberikan pelajaran kepada siswanya, mahasiswa membutuhkan buku saat mencari tugas kuliah dan lain sebagainya.

Akankah sebuah bangsa mampu bersaing dengan dunia lainnya ketika buku hanya dibutuhkan saat diperlukan saja? Pendidik hanya perlu saat mengajar, mahasiswa saat mencari bahan kuliah, dan masyarakat sama sekali tidak membutuhkan buku karena tidak ada tuntutan dalam kehidupan mereka. Gubernur DKI Jakarta Bapak Anis Baswedan pernah menuturkan, salah satu bekal abad 21 adalah kompetensi literasi, tidak lain adalah kemampuan generasi bangsa dalam mengembangkan pengetahuan dengan mencari sebanyak-banyaknya pengetahuan tersebut dengan membaca, sudah pasti yang di baca adalah buku dan sejenisnya.

Pribahasa di awal adalah untaian kalimat yang mungkin benar adanya saat seseorang menjadikan buku sebagai ‘teman’ dalam kehidupannya. Ia akan mengetahui apa yang orang lain tidak ketahui, ia akan mengetahui sesuatu di luar dunianya dimana kehidupannya tidak sama dengan kehidupan wilayah lain di belahan dunia lain. Walaupun kehidupan zaman now adalah kehidupan dengan teknologi mutakhir kadang kala kemutakhiran teknologi hanya hanyut dalam kelalaian sesaat dan menidurkan manusia dari perlunya menggali pengetahuan yang merupakan sesuatu yang harus dilakukan demi mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain di dunia ini (faktanya alat komunikasi hanya di jadikan sebagai icon kemehawan seseorang dan digunakan untuk hal yang sia-sia belaka seperti game, fb, wa, dan lainnya).

Selayaknya teknologi mutakhir lebih meningkatkan minat akan kualitas literasi di semua lini kehidupan masyarakat dewasa ini, mengingat teknologi saat ini mampu menjangkau ujung dunia lain yang tidak mampu diraih manusia. Kualitas literasi adalah kualitas yang harus dimiliki oleh masyarakat modern saat ini di kala kemunduran budaya intelektual yang terus menggerogoti masyarakat dan serangan budaya asing yang tidak mampu di bendung serta mempengaruhi semua lini kehidupan masyarakat (politik, sosial dan budaya) adalah upaya demi menegakkan kembali jati diri bangsa di mata dunia.

Back to basic adalah upaya yang perlu dilakukan, upaya untuk memperbaiki potensi dan kualitas diri setiap elemen masyarakat baik guru, siswa dan mahasiswa serta masyarakat sebagai komponen kesatuan dalam membangun bangsa dan negara. Menilik pada kehidupan masa lalu serta bernostalgia pada kemajuan dunia islam di awal abad-abad kemajuan islam adalah inspirasi yang patut untuk diraih kembali dengan memberdayakan pengetahuan modern dengan teknologi yang ada.

Selayaknya teknologi yang telah menjadi konsumsi masyarakat digunakan untuk meningkatkan kualitas literasi dengan membaca pengetahuan serta menggali informasi yang bermanfaat dalam keilmuan dan bukan mencari sesuatu yang tidak bermanfaat dari informasi semu yang menjadikan kita sebagai manusia rendah kualitas dalam segala hal. Pentingnya ilmu pengetahuan merupakan tuntutan kehidupan demi membangun generasi mendatang yang berkualitas dan mampu menghadapi tantangan zaman di mana pengetahuan masa mendatang akan berbeda dengan pengetahuan dunia saat ini.

Persiapan bekal pengetahuan akan generasi muda, orang tua, masyarakat dan pihak yang bertanggung jawab dimasa kini akan lebih memberikan jawaban kondisi kehidupan di masa mendatang dimana perubahan pengetahuan ini terus berubah dari waktu ke waktu hingga mampu menidurkan manusia yang tidak berminat untuk mengembangkan diri dan bangsanya di kala mendatang. Oleh karenanya pentingnya meraih ilmu pengetahuan dan kualitas literasi dari buku-buku demi mewujudkan kuliatas bangsa dan negara.

*Penulis adalah staf administrasi pada MTsN 7 Aceh Tengah dan Mahasiswa PPs STAIN Gajah Putih Takengon.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.