Mengintip Budidaya Jamur Tiram di BP3K Pegasing

oleh
Memasukkan bibit atu biang jamur kedalam baglog

Catatan : Fathan Muhammad Taufiq

Ir. Abdul Mulqu, menjelaskan tentang budidaya Jamur Tiram.
Ir. Abdul Mulqu, menjelaskan tentang budidaya Jamur Tiram.

Jamur Tiram (Pleurus sp) merupakan salah satu jamur konsumsi yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, menurut  Crisan dan Sands (1978), jamur tiram mengandung protein sampai 30%, protein yang terkandung dalam jamur jenis ini juga termasuk kategori protein yang mudah dicerna oleh tubuh manusia yaitu mencapai 71 -90%.

Di alam liar, jamur tiram merupakan tumbuhan saprofit yang dapat hidup di kayu-kayu bertekstur  lunak dan bertahan hidup dengan memanfaatkan sisa-sisa bahan organic pada kayu yang ditumpanginya. Pertumbuhan jamur ini tergantung dengan factor fisik alam seperti suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya matahari, dan ph media tanam, jamur ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu 22 – 300C, kelembaban udara antara 80 – 90%, ph media tumbuh yang cederung agak asam yaitu 5 – 6 serta intensitas sinar matahari yang sangat minim.

Jenis jamur ini sudah sejak lama dibudidayakan oleh para petani jamur di daerah Jawa Barat  (Bandung, Garut dan Bogor), Jawa Tengah (Wonosobo, Magelang dan Solo), Yogyakarta (Sleman) dan Bali (Badung), kemudian berkembang di wilayah Sumatera seperti Lampung, Sumatera Selatan dan Jambi.

Adalah Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Pegasing yang berlokasi di kampung Kute Lintang, mulai mengembangkan jenis jamur tiram ini sejak tahun 2012 yang lalu. Berawal dari dikirimnya salah seorang penyuluh di BP3K Pegasing yaitu Athaullah, SP untuk mengikuti pelatihan Budidaya jamur Tiram di Balai Pelatihan Pertanian Jambi pada akhir tahun 2011 yang lalu. Hasil pelatihan tersebut kemudian dipraktekkan oleh Athaullah dibantu oleh teman-teman penyuluh lainnya, dengan peralatan dan bahan se adanya, uji coba budidaya jamur tiram ini berhasil dengan baik. Ir. Abdul Mulqu, Koordinator BP3K Pegasing sangat mendukung upaya yang dilakukan oleh Athaullah dan kawan-kawan, Mulqu kemudian memfasilitasi tempat, sarana dan prasarana bahkan modal usaha yang dibutuhkan untuk mengembangkan budidaya jamur tiram ini.

Mengisi media tanam ke dalam Baglog
Mengisi media tanam ke dalam Baglog

Dengan swadaya Mulqu dibantu beberapa orang penyuluh, disiapkanlah kumbung (rumah jamur) yaitu sebuah bangunan sederhana atau ruangan kedap cahaya yang dijadikan ruangan untuk pertumbuhan jamur, di kumbung itu diletakkan rak-rak kayu bertingkat untuk menyimpan baglog (kantong plastik berisi media tumbuh jamur yang sudah ditanami dengan bibit atau biang jamur). Peralatan lain berupa drum dan dapur pemasak juga disiapkan oleh Mulqu.

Sebuah kebetulan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membudidayakan jamur tiram ini juga mudah didapatkan di sekitar lokasi, limbah gergajian kayu dan dedak halus sebagai media tanam dapat didapat dengan mudah dan biaya yang dikeluarkanpun cukup murah. Satu-satunya bahan yang agak sulit didapatkan adalah bibit atau biang jamur tiram, karena bibit tersebut harus didatangkan dari Jambi atau dari Jawa, itupun pengiriman dan penerimaannya harus dilakukan dengan ekstra hati-hati, karena biang jamur tersebut biasanya di kemas dalam botol kaca yang rentan pecah, jika botol tersebut sampai pecah maka bibit jamur akan rusak dan tidak dapat digunakan lagi.

Memasukkan bibit atu biang jamur kedalam baglog
Memasukkan bibit atu biang jamur kedalam baglog

Cara budidaya jamur tiram ini juga tidak terlalu sulit, asal dilakukan dengan teliti dan tidak melakukan kecerobohan. Pertama sekali media tanam berupa sebuk gergajian kayu dan dedak halus di rebus menggunakan drum sampai suhu di atas 1000C selama kurang lebih kurang 2 jam, perebusan ini berfungsi untuk mensterilkan media tanam dari mikroba-mikroba pengganggu  yang dapat menghambat pertumbuhan jamur, setelah itu bahan tersebut dikeringkan dengan cara di angin-anginkan di ruang tertutup yang tidak terkena sinar matahari langsung.

Setelah bahan tersebut benar benar dingin dan kadar air serta kelembabannya sudah sesuai dengan syarat tumbuh jamur, kemudian media tanam tersebut kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik yang disebut baglog, kemudian bibit atau biang dimasukkan dengan cara disuntikkan ke dalam baglog yang sudah berisi media tanam tersebut. Setelah itu baglog tersebut disusun di atas rak-rak kayu yang ada didalam kumbung (rumah jamur), ruangan kedap cahaya tersebut selalu dijaga suhu dan kelembabannya, agar jamur-jamur itu dapat tumbuh secara sempurna.  Setelah sekitar 60 hari hari, jamur-jamur itu mulai tumbuh menembus plastik baglog, kemudian mengembang dan siap di panen, untuk sekali penanaman, dapat dilakukan panen sampai 3-4 bulan dengan selang waktu panen 4-5  hari sekali.

Saat ini rumah jamur berukuran 6 x 6 meter persegi yang berada di belakang kantor BP3K Pegasing itu mampu menampung 1.000 – 2.000 baglog yang tersusun dalam 10 rak kayu bertingkat. Setiap baglog mampu menghasilkan 0,5 – 0,6 kg jamur selama 4 bulan tersebut, artinya dari 1.000 baglog yang ada, dapat dihasilkan  500 – 600 kg jamur tiram. Jamur-jamur itu kemudian dipasarkan  dengan harga berkisar Rp 35.000,- per kilogramnya.

Menurut pak Mulqu, budidaya jamur tiram ini, secara ekonomis sangat menguntungkan, berdasarkan analisa usaha tani yang di buatnya, untuk setiap kali budidaya jamur tiram di BP3K Pegasing dibutuhkan biaya/modal diluar biaya tenaga kerja kurang lebih Rp, 3.500.000,- sedangkan hasil yang diperoleh bisa mencapai Rp 17.500.000,- sampai Rp 21.000.000,-,. Untuk pemasaran jamur tiram ini juga tidak menemui kendala, karena di sekitar Takengon ini sudah banyak warga masyarakat yang mulai menggemari bahan pangan nabati berprotein tinggi ini.

Keuntungan dari budidaya jamur tiram tersebut menurut pak Mulqu, digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan penyuluh yang ada di BP3K Pegasing yang sebagian besar masih berstatus penyuluh kontrak atau Tenaga harian Lepas Tenaga bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP). Karena budidaya jamur tiram tersebut dianggap sangat menguntungkan semua penyuluh yang ada, merekapun selalu berseangat untuk membantu pak Mulqu untuk terus membudidayakan jamur tiram ini, meski masih dengan kapasitas terbatas.

Ir. Abdul Mulqu, juga tidak pelit membagi ilmu tentang budidaya jamur tiram ini, banyak petani dari beberapa wialayah di kabupaten Aceh Tengah yang ingin belajar tentang budidaya jamur tiram ini selalu difasilitasi oleh pak

Susunan baglog di atas rak kayu di Rumah Jamur
Susunan baglog di atas rak kayu di Rumah Jamur

Mulqu, dia pun berkeinginan suatu saat daerah iti akan jadi penghasil jamur tiram seperti di Jawa, jika produksi sudah melimpah, jamur ini dapat di olah menjadi produk olahan seperti keripik jamur, jamur crispy, kerupuk jamur dan sebagainya yang dapat dijajakan di lokasi-lokasi wisata yang ada di kabupaten Aceh Tengah.

Mantan guru SMT Pertanian Pegasing (sekarang SMK Negeri 2 Takengon) yang juga pernah diperbantukan di Integrated Horticulture Project (IHP) kerjasama dengan pemerintah Aceh dengan pemerintah Belgia ini, merasa optimis, bahwa kedepan, budidaya jamur tiram di dataran tinggi Gayo ini masih akan terus memiliki prospek ekonomi yang bagus, itulah sebabnya dia tidak pernah berhenti memberi contoh, mempraktekkan dan membagi ilmu tentang budidaya jamur tiram kepada warga Gayo.

*Pemerhati pertanian dan perkebunan, berdomisili di Takengon, Aceh Tengah.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.