Bukan hanya Bahasa, Toleransi juga pudar di Gayo

oleh

P1040934 (Custom)Takengon-LintasGayo.co : Gayo dikenal dengan ciri maupun karakter budaya yang ditampilkan salah satunya adalah bahasa, saat ini bahasa Gayo tidak lagi menjadi alat komunikasi dalam keluarga bahkan di acara-acara adat tertentu bahasa Gayo telah dicampur aduk dengan bahasa Indonesia, bahkan bahasa lain yang sedang ngetren. Demikian diungkapkan Drs. Yusuf Gani salah seorang pemerhati adat dan Budaya Gayo di Takengon, Sabtu 17 Mei 2014.

Toleransi antar sesama Gayo juga kian memudar, contohnya saat penentuan pilihan saat Pemilu 2014 lalu, banyak masyarakat Gayo tidak lagi memilih saudaranya sendiri untuk wakil rakyat. “Ini penting diperhatikan karena sebagai political will untuk menatap Gayo dimasa akan datang,” kata Drs. Yusuf Gani.

Menurut mantan Kepala BKKBN dan Penerangan di era orde baru ini,  pemerintah memiliki kewajiban untuk membudayakan bahasa maupun toleransi yang dilakoni oleh para pendahulu urang Gayo. Bila hal ini dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan Gayo dengan berbagai ragam kebanggaannya masa lalu akan punah ditelan waktu.

Dalam kesempatan tersebut kepada LintasGayo.co , Yusuf Gani menuturkan untuk mempertahankan bahasa Gayo, seharusnya pemerintah bersama DPRK dapat menerbitkan sebuah Qanun tentang itu. Sebab kata Yusuf Gani, pada saat ini tidak ada lagi pihak yang peka terhadap kelestariannya.

“Salah satu yang membedakan urang Gayo dengan etnis lainnya di negara yang mengakui ke-bhinekatunggalika-an ini adalah bahasa, karakter maupun budaya. Pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk membudayakannya dalam berbagai hal seperti memasukkan materi bahasa Gayo kedalam pelajaran disekolah-sekolah (mulok-red). Dulu pernah ada tetapi dengan kemajuan peradaban saat ini menurut para pihak tidak terlalu penting dan urgen sehingga alokasi anggaran untuk itu di coret alias ditiadakan, hal ini masih salah satu contoh kebijakan yang tidak berpihak,” papar Yusuf Gani.

Begitu juga dengan sikap toleransi antar sesama masyarakat khususnya Gayo, kalaulah hal ini terus dibiarkan maka lambat laun tidak akan ada political will yang membentengi pelestarian bahasa Gayo maupun budaya lainnya di bumi negeri diatas awan ini.

“Kita memiliki keturunan dan asal usul jelas dan hal itu diakui oleh pemerintah yang tercermin dalam Bhineka Tunggal Ika, lalu kenapa pemerintah daerah sendiri melalui lembaga-lembaga yang dibentuk tidak peka dan jeli untuk menyelamatkan etnis Gayo ini,” tanya mantan Kadis Syariat Islam dan WH Aceh Tengah itu.

Kepada LintasGayo.co mantan birokrat Aceh Tengah ini menyarankan agar terkait masalah pelestarian dan membudayakan adat, tradisi maupun benda-benda sejarah urang Gayo perlu terus di gali hingga siapa yang bertanggung jawab atas memudarnya bahasa ciri khas dan karakter urang Gayo saat ini.

Kepada Wakil DPRK yang terpilihpun Yusuf Gayo menantang apakah mendukung upaya pelestarian jati diri urang Gayo ini.
“Mari kita lihat lima tahun ke depan bagaimana kiprah mereka soal budaya Gayo ini,” pungkas Yusuf Gani. (Rahman)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.