[Puisi Lirik] Purnama Empat Belas Subhan Gayo Bulat penuh Seperti pecahan uang logam yang kau sambit ke langit Jatuh kembali dekat kakimu Tetaplah masih sekeping saja Tidak ada hujan uang seperti yang kau dendangkan Kau memang si penghayal nomor satu yang pernah kukenal Meski diam-diam akupun berharap koin-koin berjatuhan Menimpuk kepalaku agar rasa papa terusir selamanya Hujan duit… Hujan duit… Lirih kuikuti nyanyianmu Kau selalu pandai menghibur Bulan empat belas Warna perak seperti kepingan logam
[Naskah Teater] Dagelan
Karya: Teuku Afifuddin Bulan sabit. Lelaki itu memakukan diri di dinding. Entah apa yang bersarang di benaknya. (Berteriak): Awalnya aku berfikir
Puisi untuk Uan dan Diana: Luah Dalam Ikatan
[Puisi Lirik] Salman Yoga S Tuk Aman-Inen Mayak Uan dan Mardiana Petemun ternyata tak seegois batang ni tolong Jejik pejenyong seseréngé
Air Mata dari Matangkuli untuk Pemimpin Negeri
[Puisi Lirik] Saifuddin Tahun berjalan, pemimpin berganti Nasib rakyat tak siapapun peduli Perwakilan disorak tak juga mau mengerti Tak perlu kami
Sajadah Tua
[Puisi Lirik] Junaidi Zainal Arsyah Sajadah Tua Aku meleburkan mimpi dalam ruang Sajadah tua mendamaikan hati dan jiwa Di sepertiga malam
[ARSIP] Puisi Wiratmadinata: Kado yang tak pernah dikirimkan
Engkau selalu meminta kalimat Karenanya kuberi engkau kata Katamu engkau inginkan nyanyian Kemudian padamu kukirimkan nada
Penyair dan Pesuling Muda dari Bintang yang Tenggelam
[cerpen] Himmah Tirmikoara “Assalamu’alaikum, Ama. Maaf, saya terlambat lagi…,” “Walaikumussalam…” Tanpa perlu berkata lagi kubiarkan sosok remaja berbadan atletis itu mencium tanganku
- Sebelumnya
- 1
- …
- 186
- 187
- 188
- …
- 209
- Berikutnya
Tidak Ada Postingan Lagi.
Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.
