Ini Dia, Kurikulum Berbasis Cinta

oleh

Oleh : Ahmad Dardiri*

“Kurikulum Berbasis Cinta bukan cerita tentang cinta, tetapi mengimplementasikan cinta dalam kehidupan,” ujar Drs. Nopia Dorsain, Ketua Pokjawas Madrasah Provinsi Aceh, dalam Rapat Kerja Pengawas dan Kepala Madrasah se-Aceh Tengah yang diselenggarakan di Gayo Belangi Resort, 20–21 Oktober 2025.

Ungkapan ini menggugah kesadaran bahwa pendidikan tidak semestinya hanya berorientasi pada pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga pada penumbuhan nilai kasih, empati, dan ketulusan. Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) mengajarkan bahwa cinta sejati adalah tindakan nyata, bukan sekadar teori atau kata-kata manis.

Dalam penerapannya, KBC diwujudkan melalui pembiasaan konkret di lingkungan madrasah. Misalnya, shalat Dhuha tidak hanya diperintahkan atau disosialisasikan, melainkan benar-benar dilaksanakan bersama antara guru dan siswa. Dengan demikian, cinta kepada Allah bukan lagi konsep, tetapi menjadi pengalaman spiritual yang hidup dan mengakar.

Drs. Nopia Dorsain juga menegaskan makna cinta dalam konteks moralitas dan tanggung jawab. “Lelaki yang mendalami kurikulum cinta maka tatkala bersama wanita, dia akan menjadi penjaga wanita.” Pernyataan ini menggambarkan bahwa cinta dalam pendidikan bukanlah dorongan nafsu, tetapi kesadaran untuk melindungi, menghormati, dan menjaga martabat sesama manusia.

Kurikulum Berbasis Cinta menuntun peserta didik agar tumbuh menjadi insan yang berilmu, berakhlak, dan berhati lembut.

Ketika nilai cinta diintegrasikan dalam kurikulum, madrasah akan menjadi taman pendidikan yang menumbuhkan kedamaian, tanggung jawab, dan kasih sayang—sebuah wujud nyata dari Panca Cinta: cinta kepada Allah, diri sendiri, sesama, alam, dan tanah air.

Cinta bukan sekadar kata, tetapi tindakan yang menuntun manusia menuju ridha Ilahi. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.