Orientasi Kerja Lillahi Ta’ala

oleh

*Catatan Mahbub Fauzie (Kepala KUA Kecamatan Atu Lintang, Aceh Tengah)

Setiap orang yang bekerja, apa pun profesinya: ASN, guru, penyuluh agama, penghulu, petani, pedagang, buruh, sopir, dan lain-lain, sesungguhnya sedang menjalankan ibadah. Asal niatnya benar: lillahi taโ€™ala. Bekerja karena Allah. Bukan semata mencari uang, bukan pula sekadar menggugurkan kewajiban, melainkan wujud pengabdian dan rasa syukur atas kehidupan yang dianugerahkan.

Kalau orientasi kerja kita sudah lillahi taโ€™ala, maka sawah menjadi tempat dzikir, ladang menjadi sajadah, pasar menjadi ruang silaturahmi, madrasah/sekolah dan kelompok pengajian menjadi ladang jariyah serta kantor menjadi ladang pahala. Sebab Allah tidak hanya melihat siapa yang paling banyak ibadah ritualnya, tapi siapa yang paling jujur dan amanah dalam pekerjaannya.

๐Š๐ž๐ซ๐ฃ๐š ๐€๐๐š๐ฅ๐š๐ก ๐€๐ฆ๐š๐ง๐š๐ก

Apa pun jabatan dan profesi kita, semuanya adalah amanah. ASN digaji dari uang rakyat, petani diberi rezeki dari bumi, pedagang diberi keuntungan dari kejujuran, penghulu dan guru diberi kepercayaan untuk membina umat. Maka tidak pantas kita bekerja asal-asalan.
Allah telah berfirman:

โ€œSesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.โ€ (QS. An-Nisa: 58)

Amanah itu bukan hanya dalam bentuk jabatan tinggi. Seorang petani yang menanam padi dengan tekun, seorang pedagang yang menakar timbangan dengan jujur, atau ASN yang menulis laporan sesuai kenyataan, semuanya sedang memegang amanah. Nilai ibadahnya bisa sama di sisi Allah, asal dikerjakan dengan niat yang tulus dan cara yang benar.

๐€๐’๐ ๐๐š๐ง ๐“๐š๐ง๐ ๐ ๐ฎ๐ง๐  ๐‰๐š๐ฐ๐š๐› ๐Œ๐จ๐ซ๐š๐ฅ

Sebagai ASN, apalagi yang berstatus fungsional seperti guru, penyuluh agama, dan penghulu, tanggung jawab moralnya lebih besar. ASN bukan hanya bekerja untuk mencari nafkah, tapi juga menjadi teladan bagi masyarakat.

Datang ke kantor tepat waktu, pulang sesuai jam kerja, dan melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh adalah bagian dari integritas.

Kalau ada pekerjaan di lapangan, jangan hanya dijadikan alasan untuk absen di kantor, tapi pastikan hasilnya nyata dan bisa dipertanggungjawabkan.

Laporan bukan sekadar angka atau tulisan, tapi cermin dari kejujuran. Apalagi sekarang era digital, semuanya mudah dan transparan. Maka bekerja dengan amanah dan disiplin bukan hal sulit, hanya butuh niat yang lurus.

Sering kita dengar, ada yang datang terlambat, pulang cepat, tapi laporan penuh. Itu bukan lillahi taโ€™ala, itu hanya formalitas dunia.

Ingatlah, manusia mungkin tidak tahu, tapi Allah Maha Melihat. Orientasi kerja lillahi taโ€™ala berarti sadar bahwa pengawasan utama bukan dari atasan, tapi dari Tuhan.

๐๐ซ๐จ๐Ÿ๐ž๐ฌ๐ข๐จ๐ง๐š๐ฅ, ๐‰๐ฎ๐ฃ๐ฎ๐ซ, ๐๐š๐ง ๐“๐ฎ๐ฅ๐ฎ๐ฌ

Dalam bekerja, jadilah profesional tapi tetap humanis. Tidak egois, tidak kaku, dan mau bekerja sama. ASN, guru, petani, atau pedagang, semuanya butuh kebersamaan. Orang yang bekerja sendiri mungkin cepat, tapi yang bekerja bersama lebih kuat dan tahan lama.

Jangan cuek dengan lingkungan kerja. Ketika rekan sedang kesulitan, ulurkan tangan. Ketika ada yang berprestasi, beri apresiasi. Hal-hal kecil seperti itu menciptakan suasana kerja yang sehat dan penuh berkah.

Bekerja dengan tulus artinya tidak menunggu pujian. Tidak perlu menonjolkan diri. Cukup lakukan tugas dengan hati dan rasa tanggung jawab. Karena orang yang ikhlas tidak butuh disorot kamera, cukup ingin dilihat oleh Allah.

๐Š๐ซ๐ž๐š๐ญ๐ข๐Ÿ ๐๐š๐ง ๐ˆ๐ง๐จ๐ฏ๐š๐ญ๐ข๐Ÿ

Zaman sudah berubah. Kini semua dituntut cepat, efisien, dan terbuka. ASN harus kreatif dan inovatif, tidak boleh sempit dalam menafsirkan tupoksi. Guru bisa memanfaatkan teknologi untuk mengajar, penyuluh bisa berdakwah lewat media sosial, penghulu bisa membuat program bimbingan nikah berbasis digital, bahkan petani bisa memanfaatkan internet untuk menjual hasil panen.

Tupoksi bukan tembok pembatas, melainkan pagar arah. Boleh keluar dari zona nyaman, asal tidak keluar dari aturan dan tujuan. Orang yang bekerja lillahi taโ€™ala tidak akan berhenti belajar dan berinovasi. Ia ingin pekerjaannya bermanfaat luas, bukan hanya bagi dirinya, tapi juga bagi masyarakat.

๐Š๐ž๐ซ๐ฃ๐š ๐’๐ž๐›๐š๐ ๐š๐ข ๐ƒ๐š๐ค๐ฐ๐š๐ก

Sesungguhnya kerja adalah bentuk dakwah. Dakwah dengan tindakan. Guru yang sabar mendidik murid, petani yang jujur menjual hasil panen, pedagang yang ramah melayani pembeli, ASN yang disiplin dan melayani masyarakat tanpa pamrih, semuanya sedang berdakwah lewat profesinya.

Maka jangan pernah remehkan pekerjaan kita. Sekecil apa pun, asal halal dan dikerjakan dengan ikhlas, nilainya ibadah di sisi Allah. Rasulullah SAW bersabda:

โ€œSebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.โ€

Artinya, ukuran keberhasilan bukan banyaknya jabatan atau besarnya gaji, tapi seberapa besar manfaat kita bagi orang lain. Dan manfaat itu hanya lahir dari kerja yang jujur, profesional, dan lillahi taโ€™ala.

Akhirnya, marilah kita perbarui niat dalam bekerja. Petani di sawah, pedagang di pasar, ASN di kantor, semuanya punya kesempatan yang sama untuk meraih pahala. Gaji mungkin datang dari manusia, tapi berkah hanya turun dari Allah.

Maka bekerjalah dengan hati, dengan niat ibadah, dan dengan semangat lillahi taโ€™ala. Karena pada akhirnya, hanya Allah yang melihat dan menilai. Wallahul muwafiq ilaa aqwamith thariq []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.