Konservasi Gajah: Menyelamatkan Lebih dari Sekadar Tubuh

oleh

Oleh: Dr. Budiyono, S.Hut, M.Si (Dosen Agroteknologi Universitas Gajah Putih)

Konservasi gajah Sumatera tidak boleh berhenti pada upaya menyelamatkan tubuh mereka dari peluru, jerat, atau konflik dengan manusia. Tubuh gajah memang besar, kuat dan megah, tetapi yang lebih penting adalah jiwa sosialnya dan warisan genetik yang mereka bawa selama ribuan tahun.

Gajah bukan sekadar satwa liar. Mereka adalah makhluk dengan ingatan panjang, struktur sosial kompleks, dan perilaku yang diwariskan lintas generasi.

Ketika habitat mereka dirusak, ketika mereka dipaksa berpindah ke zona yang tidak alami, kita bukan hanya mengganggu ruang hidup mereka, kita mengganggu cara mereka menjadi gajah.

Konflik manusia dan gajah sering dipahami sebagai benturan ruang. Tapi sesungguhnya, itu adalah benturan antara keserakahan dan keberlangsungan, antara pembangunan dan penghormatan terhadap kehidupan.

Gajah yang kehilangan jalur migrasi bukan hanya kehilangan arah, tapi juga kehilangan memori leluhur yang tertanam dalam langkah-langkah mereka.

Penelitian oleh Gunaryadi et al. (2023) di Aceh menunjukkan bahwa gajah yang kehilangan akses ke jalur migrasi tradisional menunjukkan peningkatan stres dan perilaku agresif. Sementara studi oleh Salsabila et al. (2018) di Way Kambas mengungkap bahwa isolasi populasi akibat fragmentasi habitat telah menurunkan keragaman genetik dan meningkatkan resiko inbreeding.

Di India, Fernando et al. (2020) menemukan bahwa gajah Asia yang hidup di zona penyangga yang tidak sesuai mengalami penurunan interaksi sosial dan peningkatan konflik dengan manusia. Di Thailand, proyek Elephant Reintroduction Foundation (2022) menekankan pentingnya menjaga perilaku alami gajah melalui habitat yang terhubung dan bebas dari tekanan manusia.

Salah satu isu yang kini mengemuka adalah rencana menjadikan kawasan hutan pinus seluas 20.000 hektar lebih yang merupakan kawasan konsesi HPHTI PT. Tusam Hutani Lestari (PT.THL) sebagai Kawasan Konservasi Gajah yang digawangi WWF, Kementerian Kehutanan dan PT. THL. Selanjutnya kritikan tajam yang disampaikan dalam opininya yang terbit di Lintas Gayo (2025), Budiyono menegaskan:

“Hutan pinus, yang bersifat monokultur dan memiliki kanopi rapat, tidak menyediakan vegetasi bawah yang cukup untuk pakan gajah. Tanahnya asam, jaraknya dari sumber air jauh, dan tidak memenuhi parameter kesesuaian habitat gajah. Relokasi ke zona seperti ini berisiko merusak dua hal sekaligus: perilaku alami gajah dan ekosistem pinus itu sendiri.”

Setiap gajah dewasa membutuhkan 150–200 kg biomassa per hari dan menjelajah hingga 20 km² untuk mencari makan. Ketika vegetasi bawah minim, gajah akan keluar dari kawasan dan berkonflik dengan manusia. Lebih dari itu, mereka kehilangan ruang untuk mengekspresikan perilaku sosialnya—bermain lumpur, merawat anak, dan menjelajah bersama kelompok.

Konservasi sejati adalah menjaga agar gajah tetap bisa menjadi dirinya sendiri. Itu berarti kita harus menjaga keragaman genetik, interaksi sosial alami, dan ruang jelajah yang cukup. Jika kita hanya menyelamatkan tubuh gajah tapi membiarkan jiwa dan warisan genetiknya terkikis, maka kita sedang menciptakan generasi gajah yang hidup, tapi tidak utuh.

Konservasi bukan sekadar menyelamatkan makhluk besar dari kepunahan. Ia adalah komitmen untuk menjaga keutuhan makna kehidupan itu sendiri.

Referensi Terkini

• Gunaryadi, D. et al. (2023). Studi Perilaku Gajah Sumatera di Zona Konflik Aceh. Wildlife Conservation Society – Indonesia Program.

• Salsabila, A. et al. (2018). Studi Perilaku Gajah Sumatera untuk Mendukung Ekowisata di Way Kambas. ResearchGate.

• Fernando, P. et al. (2020). Asian Elephant Conservation in Fragmented Landscapes. Journal of Wildlife Management.

• Elephant Reintroduction Foundation. (2022). Restoring Elephant Behavior through Habitat Connectivity. Thailand Wildlife Reports.

• Hasanah, A. et al. (2024). Peran Ekologis dan Tantangan Konservasi Gajah Sumatera di SM Padang Sugihan. Prosiding Semnas Biologi UNP.

• Budiyono, B. (2025). Hutan Pinus Bukan Rumah Gajah. Lintas Gayo. https://lintasgayo.co/2025/08/21/hutan-pinus-bukan-rumah-gajah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.