(๐ท๐๐๐๐๐๐ก๐๐ ๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ก๐๐๐ ๐พโ๐ข๐ก๐๐โ ๐ฝ๐ข๐๐๐ก 19 ๐๐๐๐ก๐๐๐๐๐ 2025 ๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐ ๐ด๐๐ข๐๐ ๐ ๐ขโ๐๐๐’ ๐๐๐๐๐๐๐๐)
Oleh: Drs. Tgk. H. Hamdan, MA*
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. yang masih menganugerahkan kita nikmat iman, nikmat Islam, kesehatan, serta kesempatan untuk terus beribadah kepada-Nya.
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa umat manusia dari kegelapan jahiliah menuju cahaya ilmu pengetahuan dan peradaban.
Tema yang patut kita renungkan bersama kali ini adalah โMasjid sebagai Poros Peradaban.โ Tema ini bukan sekadar pilihan kata yang indah, melainkan cermin dari sejarah Islam dan tantangan nyata yang kita hadapi hari ini.
๐๐๐ฃ๐๐ค ๐๐ข๐ฌ๐ญ๐จ๐ซ๐ข๐ฌ ๐๐๐ฌ๐ฃ๐ข๐ ๐๐ข ๐๐๐ฌ๐ ๐๐๐๐ข
Jika kita menengok kembali sirah Nabi, maka segera tampak bahwa masjid bukan hanya rumah ibadah. Begitu Rasulullah hijrah ke Madinah, langkah pertama beliau adalah mendirikan Masjid Quba, kemudian Masjid Nabawi. Dari situlah fondasi masyarakat Islam dibangun.
Masjid Nabawi difungsikan Rasulullah bukan sekadar untuk shalat berjamaah. Masjid itu adalah pusat pemerintahan, ruang musyawarah, tempat belajar, posko pelayanan kesehatan, bahkan pusat strategi pertahanan.
Di dalamnya diajarkan politik Islami yang menempatkan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi atau golongan. Rasulullah menegakkan prinsip kebersamaan, bukan kepentingan sempit.
Di masjid pula lahir para sahabat yang menjadi ulama, ilmuwan, pemimpin, dan teknokrat. Dari masjid, ilmu pengetahuan ditransmisikan, akhlak dibina, serta solidaritas sosial dipupuk.
Masjid benar-benar berperan sebagai poros peradaban, yang menyatukan masyarakat dari berbagai latar belakang dan mengangkat mereka menuju derajat yang lebih mulia.
๐๐จ๐ง๐๐ข๐ฌ๐ข ๐๐๐๐๐ ๐ข๐๐ง ๐๐๐ฌ๐ฃ๐ข๐ ๐๐ข๐ญ๐ ๐๐๐๐ญ ๐๐ง๐ข
Namun, jika kita menoleh ke kondisi hari ini, kita harus jujur bahwa banyak masjid telah kehilangan ruh tersebut. Memang, semangat membangun masjid tidak pernah surut.
Di berbagai daerah, masjid berdiri megah dengan arsitektur indah dan biaya pembangunan yang tidak sedikit. Namun sayangnya, banyak dari masjid itu hanya ramai pada waktu shalat tertentu, bahkan ada yang sepi dengan hanya imam, muazin, dan beberapa makmum.
Ironis, bangunan yang besar hanya dihuni saf-saf kosong. Padahal ayat Allah sudah jelas: โSesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun selain Allahโ (QS. Al-Jin: 18). Masjid bukanlah simbol kosong, tetapi rumah Allah yang harus hidup dengan ibadah, ilmu, dan interaksi sosial umat.
Ketika umat menjauh dari masjid, maka sejatinya mereka sedang menjauh dari Allah. Dan ketika masjid kehilangan fungsi sosial, ia akan kehilangan perannya sebagai pusat pembentukan karakter, akhlak, dan peradaban.
๐๐๐ง๐ ๐ก๐ข๐๐ฎ๐ฉ๐ค๐๐ง ๐๐๐ฆ๐๐๐ฅ๐ข ๐ ๐ฎ๐ง๐ ๐ฌ๐ข ๐๐๐ฌ๐ฃ๐ข๐
Membangun masjid memang memerlukan dana dan tenaga. Tetapi memakmurkan masjid jauh lebih penting dan lebih mulia. Masjid harus kembali berfungsi sebagaimana di masa Rasulullah:
Masjid bisa menjadi pusat pendidikan, tempat anak-anak dan pemuda digembleng agar tumbuh tangguh, berakhlak mulia, jauh dari narkoba dan pergaulan bebas.
Masjid termanfaatkan menjadi ruang silaturahmi, tempat jemaah saling mengenal, menguatkan, dan peduli dengan sesama.
Selanjutnya, masjid juga menjadi wadah musyawarah dan solusi, bukan sekadar tempat shalat lalu pulang tanpa meninggalkan jejak kebersamaan.
Dan yang luar biasa lagi, masjid masa Nabi juga telah menjadi pusat pemberdayaan ekonomi, sosial, dan budaya umat.
Jangan biarkan masjid hanya menjadi bangunan yang โmenangisโ karena kosong dari jamaah. Saf-saf yang sepi adalah tanda kita lalai. Padahal masjid adalah amanah dan titipan. Dari masjid kita bisa menyiapkan generasi baru yang siap menghadapi masa depan yang semakin berat, ketika alam terus terkuras, lingkungan rusak, dan tantangan sosial semakin kompleks.
๐๐๐ฌ๐ฃ๐ข๐ ๐ฌ๐๐๐๐ ๐๐ข ๐๐ฎ๐๐ง๐ ๐๐ซ๐๐ง๐ฌ๐๐จ๐ซ๐ฆ๐๐ฌ๐ข
Kita perlu belajar dari sejarah. Pada masa Rasulullah, masjid bukan sekadar bangunan, melainkan ruang transformasi. Dari masjid, masyarakat terpecah-pecah disatukan dalam bingkai iman dan Islam. Dari masjid, lahir peradaban yang mengubah wajah dunia.
Hari ini, tantangan kita berbeda, tetapi prinsipnya sama: masjid harus kembali menjadi poros peradaban. Jika masjid hanya viral karena keindahan fisiknya tanpa aktivitas bermakna, maka gaungnya akan cepat redup.
Tetapi jika masjid penuh dengan kajian ilmu, kegiatan sosial, dan kepedulian pada fakir miskin, maka orang akan datang dengan sendirinya, bahkan dari jauh sekalipun.
Di masjid, hendaknya kita mendengar bacaan ayat-ayat Al-Qurโan, zikir yang menenangkan, diskusi yang mencerahkan, dan doa yang tulus. Di masjid, interaksi antarjemaah harus hidup, penuh dengan semangat ukhuwah. Di masjid, harus lahir gagasan, semangat, dan amal nyata untuk membangun umat.
๐๐ฃ๐๐ค๐๐ง ๐ฎ๐ง๐ญ๐ฎ๐ค ๐๐๐ฆ๐๐ค๐ฆ๐ฎ๐ซ๐ค๐๐ง ๐๐๐ฌ๐ฃ๐ข๐
Karena itu, mari kita bangkit bersama. Menghidupkan masjid bukan hanya tugas imam atau pengurus, tetapi tugas seluruh umat. Mari kita jadikan masjid sebagai rumah kita bersama:
Jika kita memiliki ilmu, mari berbagi di masjid. Jika kita memiliki harta, mari infakkan sebagian untuk masjid. Jika kita memiliki tenaga, mari gunakan untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan masjid.
Aceh Tengah memiliki lebih dari 260 masjid. Bayangkan jika semua masjid benar-benar hidup dan memakmurkan umat. Betapa besar kontribusinya bagi pembentukan karakter generasi, bagi ketahanan masyarakat, bahkan bagi peradaban Islam ke depan.
Masjid adalah poros peradaban, dan sejarah telah membuktikannya. Kini, giliran kita untuk menghidupkan kembali fungsi itu. Jangan sampai masjid hanya menjadi bangunan megah yang sunyi. Mari kita isi dengan amal ibadah, ilmu, dan kegiatan sosial yang bermanfaat.
Semoga Allah memberi kekuatan kepada kita semua untuk menjaga, memakmurkan, dan menghidupkan masjid, sehingga ia kembali menjadi pusat kehidupan umatโtempat lahirnya generasi beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. []
*Ketua Dewan Masjid Kabupaten Aceh Tengah, Ketua BKM Masjid Agung Ruhama dan Dosen IAIN Takengon.