Menikah Karena Agamanya

oleh

Oleh: Mahbub Fauzie*

Dalam dunia yang semakin modern ini, kriteria dalam memilih pasangan hidup sering kali bergeser pada hal-hal yang bersifat fisik dan material.

Wajah tampan atau cantik, status sosial, kekayaan, atau keturunan keluarga terpandang menjadi tolok ukur yang banyak dijadikan alasan dalam menjalin hubungan menuju pernikahan.

Namun, sebagai umat Islam, kita diingatkan oleh Rasulullah SAW bahwa dalam memilih pasangan, yang paling utama adalah agamanya.

Sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW:

“Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah yang memiliki agama, niscaya engkau akan beruntung.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini tentu tidak hanya berlaku bagi laki-laki dalam memilih wanita, tetapi juga sebaliknya. Laki-laki juga sebaiknya dinilai dari agamanya ketika perempuan atau keluarganya hendak memilih calon suami. Ini adalah prinsip universal dalam Islam: akhlak dan keimanan menjadi pondasi utama dalam rumah tangga.

Kecantikan atau ketampanan tentu menyenangkan. Kekayaan bisa memudahkan kehidupan. Keturunan yang baik bisa menjadi jembatan sosial. Tapi semua itu bersifat sementara dan tidak menjamin kebahagiaan jangka panjang. Fisik bisa berubah.

Kekayaan bisa habis. Keturunan tidak menjamin watak dan perilaku. Sering kita saksikan, pasangan yang menikah karena wajah atau harta justru retak di tengah jalan karena kehilangan nilai-nilai yang lebih mendalam.

Agama, dalam hal ini bukan hanya penampilan luarnya seperti pakaian syar’i atau hafalan ayat semata, tetapi menyangkut akhlak, ibadah, komitmen terhadap nilai-nilai Islam, dan pemahaman terhadap hak serta kewajiban dalam pernikahan. Inilah yang menjadi pondasi kuat untuk menghadapi segala badai dalam kehidupan rumah tangga.

Menikah karena agama berarti memilih pasangan yang takut kepada Allah, yang tahu bahwa dalam rumah tangga ada amanah dan tanggung jawab. Dalam suka dan duka, ia tetap berpegang pada nilai-nilai syariat. Ia akan mencintai pasangannya karena Allah dan menjaga kesetiaan karena Allah Maha Melihat.

Ketika dua insan bersatu dalam ikatan pernikahan yang dibangun atas dasar agama, maka masalah apa pun yang datang akan dihadapi dengan sabar, musyawarah, dan doa.

Mereka memahami bahwa rumah tangga bukan hanya soal cinta, tetapi juga ibadah. Mereka sadar bahwa pernikahan bukan hanya soal dunia, tapi juga investasi akhirat.

Seorang suami yang taat akan memperlakukan istrinya dengan adil dan penuh kasih sayang, sebagaimana Rasulullah memperlakukan istri-istrinya. Seorang istri yang paham agama akan menghormati dan menaati suaminya selama tidak dalam maksiat kepada Allah.

Keduanya akan saling menasihati dalam kebaikan dan taqwa. Inilah bentuk ketenangan (sakinah), kasih sayang (mawaddah), dan rahmat yang dijanjikan dalam Al-Qur’an.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar-Rum: 21)

Prahara dalam rumah tangga sering muncul karena lemahnya iman. Ketika masalah datang—ekonomi sulit, pasangan sakit, atau ujian lainnya—mereka yang tidak menjadikan agama sebagai pegangan akan mudah tergelincir. Ada yang berselingkuh, ada yang bercerai karena hal sepele, atau bahkan meninggalkan tanggung jawab begitu saja.

Berbeda dengan mereka yang menikah karena agama. Ketika badai datang, mereka akan menguatkan satu sama lain dengan sabar dan shalat. Mereka tahu bahwa kehidupan dunia tidak selalu mulus, dan hanya dengan keteguhan iman serta saling mendekatkan diri kepada Allah, rumah tangga bisa tetap utuh.

Kesetiaan dalam pernikahan bukan hanya karena cinta semata, tetapi karena merasa diawasi oleh Allah. Inilah yang membedakan antara pasangan yang menikah karena dunia dan mereka yang menikah karena agama.

Bisa diyakini bahwa pondasi agama adalah yang paling kuat dan paling stabil untuk membangun rumah tangga. Fisik bisa pudar, harta bisa lenyap, tapi akhlak dan iman yang kuat akan terus menuntun hingga ke surga.

Maka kepada para pemuda dan pemudi yang sedang mencari pasangan hidup, pertimbangkanlah agamanya terlebih dahulu. Cantik, kaya, dan dari keluarga terhormat itu baik, tapi pastikan akhlaknya mulia dan ibadahnya terjaga.

Dengan begitu, rumah tangga bukan hanya menjadi tempat berbagi cinta, tapi juga tempat menanam pahala dan mencari ridha Allah.

Menikahlah karena Agama. Bahagia di dunia, di akhirat masuk surga. Semoga!

3 September 2025

*Kepala KUA Kec. Atu Lintang, Aceh Tengah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.