Oleh : Ara Stiawan*
Seni lao senye duduk ni tenge, aku pecengang. ungkapan dalam Bahasa gayo yang bermakna: Seni itu memiliki kekuatan untuk menarik perhatian dan membuat orang terpesona.
Aceh Tengah 5 Agustus 2025, masyarakat Gayo memperingati Hari Didong Internasional sebagai bentuk kecintaan dan komitmen dalam melestarikan seni tradisional yang telah mengakar kuat dalam budaya gayo
Didong merupakan seni tutur khas masyarakat Gayo yang memadukan syair, gerakan ritmis, dan nilai-nilai filosofi kehidupan.
Peringatan ini merupakan salah satu hari yang sangat penting bagi pelaku seni sekaligus masyarakat gayo, seni yang tak bisa terpisahkan dalam kehidupan sehari hari masyarakat.
Oleh karena itu, peringatan Hari Didong Internasional menjadi momen penting, khususnya bagi para pelaku seni dan seluruh masyarakat Gayo yang mencintai budaya daerahnya.
Sebagai bentuk partisipasi aktif, mahasiswa/i, KPM UIN-Ar- Raniry dan IAIN Takengon, mengambil peran dalam peringatan ini, mereka melaksanakan peringatan didong dengan pagelaran lomba Didong yang di laksanakan di aula IAIN Takengon.
Kegiatan ini, diikuti oleh enam kampung dengan mengadakan perlombaan Didong bagi anak sekolah. Lomba ini khusus menyasar anak-anak sekolah sebagai upaya edukatif untuk mengenalkan dan menanamkan kecintaan terhadap seni Didong sejak dini.
Kegiatan ini bukan hanya menjadi ajang perlombaan tetapi juga sebagai wahana edukasi budaya dan pelestarian seni, yang perlahan jika tidak dilestarikan maka akan punah di bawa arus zaman.
Lomba ini khusus menyasar anak-anak sekolah sebagai upaya edukatif untuk mengenalkan dan menanamkan kecintaan terhadap seni Didong sejak dini, ucap Panitia pelaksana kegiatan Gebyar KPM Tematik Aceh Tengah yang mengusung tema pelestarian seni Gayo.
Selain perlombaan seni didong, panitia pelaksana juga mengadakan lomba azan, puisi, dan tilawah sebagai salah satu bentuk terhadapan nilai keaagaman. Kegiatan ini diharapkan menjadi upaya strategis untuk menumbuhkan minat dan kecintaan generasi muda terhadap seni warisan leluhur masyarakat Gayo
Hari Didong Internasional bukan hanya perayaan, melainkan momentum penting untuk memperkuat jati diri budaya Gayo di kancah nasional dan internasional. Dukungan terhadap kegiatan ini menjadi bentuk penghargaan atas kekayaan budaya Indonesia yang beragam dan bernilai tinggi.
Dukungan terhadap kegiatan seperti ini menjadi bukti nyata penghargaan atas keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia.
Gayo, dengan Didong-nya, telah menunjukkan bahwa tradisi dapat hidup berdampingan dengan zaman, selama ada semangat untuk menjaga dan merawatnya bersama. []