TAKENGON-LintasGAYO.co : Penulis tetap di situs berita LintasGAYO.co, Muhammad Syukri, menayangkan dua novel di kanal youtube sejak 1 Agustus 2025. Novel pertama berjudul Murojok, dan yang kedua berjudul Qishash.
Kenapa penulis ini menayangkan novel tersebut dengan gaya story telling, bukan berbentuk buku? Simak wawancara eksklusif dengan yang bersangkutan.
Lintasgayo.co (LG): kenapa dua novel itu tidak diterbitkan dalam bentuk buku?
Muhammad Syukri (MS): supaya semua orang bisa menikmati cerita dalam dua novel itu. Kalau berbentuk buku, orang harus mengeluarkan uang untuk beli buku. Melalui kanal youtube, gratis, siapa pun bisa mendengar kisahnya.
LG: Apakah karena minat baca akhir-akhir sangat rendah?
MS: Termasuk pertimbangan itu. Netizen hari ini cenderung lebih suka mendengar konten dari gadgetnya.
LG: Banyak yang bertanya-tanya, apa sebenarnya isi dari novel Murojok?
MS: Novel Murojok berseting tahun 1970-an. Disitu dikisahkan tentang tradisi-tradisi yang mulai di lupakan orang. Misalnya tradisi menangkap ikan di danau, pesta panen mejik, ritual menanam kopi, cara membuat sampan, murojok itu seperti apa, bentuk perkawinan, gagalnya lamaran karena bentuk perkawinan, tradisi tawaf di lapangan pacuan kuda, sampai cerita tentang penyangkulen. Tradisi-tradisi itu yang nyaris dilupakan banyak orang.
LG: Konon ada kisah tentang Tanyor Nunguk juga?
MS: Benar, lokasi itu di ujung baro, dekat Hotel Renggali. Dulu disana tempat para remaja adu nyali. Salto dari tebing setinggi 20 meter.
LG: Terus novel Qishash, bercerita tentang apa?
MS: Qishash itu artinya nyawa dibayar nyawa. Novel itu sebenarnya mengangkat ulang kisah Gajah Putih dalam perspektif sejarah. Kisah yang sudah sangat familier di daerah ini. Hanya saja, dalam novel itu, kita rekonstruksi dan sesuaikan dengan kronologi sejarah. Mudah-mudahan dapat menginspirasi penulis-penulis lain di daerah ini.
LG: Kalau begitu, kedua novel itu cocok untuk siswa sekolah?
MS: Persis. Novel itu saya tulis supaya generasi hari ini tidak sampai lupa terhadap akar budaya mereka.
LG: Sejak kapan anda mulai menulis kedua novel itu?
MS: Mulai tahun 2015.
LG: Apakah masih ada novel lain yang siap ditayangkan secara story telling?
MS: Ada beberapa lagi.
LG: Seandainya ada produser atau sutradara yang ingin mengangkat kisah itu ke layar lebar atau layar kaca, apakah anda izinkan?
MS: Dipersilahkan, yang penting pakat jeroh.
[Red]