Berunger, Falsafah Gayo Membangun Transparansi di Keluarga; Pelajaran Strategi Hijrah Nabi

oleh

Catatan Mahbub Fauzie*

Peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw banyak pelajaran penting yang bisa dijadikan inspirasi dalam kehidupan umat Islam.

Dari sisi strategi hijrah misalnya, Nabiyullah Muhammad Sang Panutan, mengkolaborasikan upaya rahasia penuh amanah dalam misi hijrah bagi keluarga dan para sahabat.

Strategi hijrah dilakukan dengan kerahasiaan tinggi bagi kaum Quraish, tetapi dijalankan dengan keterbukaan dan kepercayaan penuh kepada orang-orang terdekat.

Rencana rahasia hijrah Nabi Saw bagi kaum Quraish, dikolaborasikan dengan sikap terbuka untuk orang terpercaya dari kalangan kkeluarga dan sahabat.

Meski hijrah dirahasiakan dari kaum Quraisy itu, Nabi tidak menempuhnya seorang diri. Beliau melibatkan orang-orang terdekat dengan tugas-tugas yang jelas dan strategis.

Apa yang dilakukan Nabi menunjukkan bahwa transparansi dan menanamkan kepercayaan kepada orang yang tepat adalah bagian dari strategi.

Dalam menerapkan strategi hijrah, Nabi membagi tugas kepada keluarga dan sahabat. Sepupu Nabi, Ali bin Abi Thalib ditugaskan tidur di ranjang Nabi saat malam hijrah. Ini adalah bentuk pengorbanan luar biasa sekaligus kepercayaan penuh dari Nabi.

Kemudian, sahabat yang paling setia, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq, diajak menemani perjalanan hijrah. Bahkan dia menyediakan gua Tsur sebagai tempat persembunyian sementara.

Putrinya Abu Bakar, yaitu Asma’ binti Abu Bakar dan saudaranya Abdullah bin Abu Bakar diberi tugas membawa logistik dan informasi dari Makkah ke gua Tsur secara diam-diam.

Sahabatnya dari kalangan budak yang dimerdekakan Abu Bakar, bernama Amir bin Fuhairah, diberi tugas dan kepercayaan untuk menghilangkan jejak dengan menggembalakan kambing melewati jalur perjalanan.

Semua strategi dan tugas-tugas yang diberikan kepada orang-orang kepercayaan ini menunjukkan bahwa meskipun rencana hijrah dirahasiakan dari musuh, Nabi Muhammad tetap transparan dan terbuka dengan orang-orang yang terpercaya di sekelilingnya.

Strategi hijrah Nabi tersebut mengandung pelajaran bahwa melakukan misi rahasia bukan berarti harus sendirian, tapi penting kiranya melibatkan orang tepercaya disekitarnya.

Transparansi yang terarah bisa menyelamatkan misi besar. Keluarga dan sahabat adalah pilar amanah dalam strategi hidup dan perjuangan.

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, terutama dalam organisasi dan keluarga, strategi hijrah nabi tentu dapat menjadi inspirasi.

Berunger, Falsafah Gayo Membangun Transparansi dalam Keluarga

Ba’da Shubuh Jumat pagi (4 Juli 2025), melalui siaran Radio Republik Indonesia (RRI) Takengon, kami mendengar dan menyimak ceramah Ama Drs H Hamdan MA di acara kuliah shubuh Masjid Agung Ruhama, Takengon.

Dalam ceramahnya, tokoh agama masyarakat Gayo itu menyampaikan ceramah yang berjudul: “Berunger”. Berunger adalah satu kata dalam Bahasa Gayo yang berarti: “memberitahu”.

H Hamdan memaparkan panjang lebar mengenai istilah berunger tersebut dalam kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan, termasuk dalam kehidupan keluarga.

Lengkapnya, istilah berunger termaktub dalam pepatah dalam bahasa Gayo “Beloh berunger, ulak bekeber”, yang berarti “pergi memberitahukan, pulang memberi kabar.”
Tgk H Hamdan merefleksikan kata ‘berunger’ dalam konteks hijrah Nabi Muhammad Saw.

Sebagaimana dipaparkan di atas tulisan ini, tentang strategi hijrah dan pembagian tugas-tugas penting dalam melakukan hijrah, Nabi Muhammad Saw telah ‘berunger’ kepada orang-orang kepercayaannya.

Nabi Muhammad berunger atau memberitahu kepada orang-orang terpercaya terkait rencana perjalanan hijrah. Melalui upaya berunger, nabi mengatur strategi dan pembagian tugas penting hingga suksesnya perjalanan hijrah.

Nah, dalam konteks rumah tangga, falsafah Gayo ini pun tepat dijadikan pelajaran penting dalam membangun kepercayaan dan transparansi bagi anggota keluarga.

Berunger, atau memberitahu dalam kehidupan rumah tangga merupakan falsafah tentang pentingnya menciptakan suasana transparansi dalam keluarga. Hal ini penting dilakukan dalam hal-hal kebaikan.

Melalui penerapan falsafah ‘berunger’ ini, dalam kehidupan keluarga senantiasa akan bisa ditanamkan nilai-nilai kebersamaan, keterbukaan, dan rasa saling menjaga.

Setidaknya ada beberapa kondisi yang bisa diciptakan dalam kehidupan rumah tangga terkait membiasakan strategi ‘berunger’ untuk membangun transparansi dalam keluarga.

Pertama, dengan Berunger akan Membangun Kepercayaan. Transparansi adalah fondasi dari kepercayaan. Saat anggota keluarga saling jujur, saling berunger atau memberitahu tentang ke mana mereka pergi, apa yang mereka alami, atau apa yang mereka rasakan, maka kepercayaan tumbuh secara alami.

Ini bukan hanya tentang (seperti dalam lirik lagu) “ke mana kamu pergi.” Tapi lebih dari sekadar bentuk rasa hormat dan kepercayaan terhadap keluarga.

Kedua, Berunger bisa Mencegah Kesalahpahaman. Banyak konflik keluarga bermula dari kurangnya komunikasi atau adanya informasi yang disembunyikan.

Dengan bersikap terbuka, kita bisa menghindari asumsi dan salah paham yang berujung pada pertengkaran atau jarak emosional.

Ketiga, Berunger itu Mendidik dengan Keteladanan. Orang tua yang transparan, misalnya terbuka tentang keuangan, kesulitan, atau alasan di balik suatu keputusan, tentu akan menumbuhkan anak-anak yang juga belajar untuk bersikap jujur dan bertanggung jawab.

Keempat, Berunger akan Menumbuhkan Rasa Aman. Anak-anak, pasangan, atau orang tua merasa lebih aman saat mereka tahu mereka tidak “dibohongi” atau ditinggalkan dalam ketidaktahuan. Rasa aman ini penting untuk kesehatan mental dan emosional keluarga.

Kelima, Berunger akan Menjadi Wadah Dukungan. Kalau ada anggota keluarga yang mengalami kesulitan tapi tidak mau terbuka, mereka akan memikul beban sendirian. Maka, berunger akan membuka pintu untuk dukungan emosional dan praktis dari orang terdekat.

Dengan membiasakan ‘berunger’ dalam falsafah Gayo di lingkungan rumah tangga diharapkan dapat mewujudkan transparansi dalam keluarga. Berunger bukan hanya soal berkata jujur, tapi soal menciptakan lingkungan yang aman, saling percaya, dan saling peduli.

Dalam merencanakan dan menjalankan hijrah, Nabi Muhammad Saw secara cerdas menerapkan strategi dan pembagian tugas dengan ikhtiar semacam ‘berunger’. Hingga sejarah mencatat, hijrah Nabi pun sukses berikut dengan kibaran dakwahnya.

Semoga itu semua menjadi inspirasi bagi umatnya, bahwa “Berunger, dalam Falsafah Gayo jika diterapkan dalam membangun transparansi dalam kehidupan rumah tangga, diharapkan dapat menciptakan kondisi ketahanan keluarga yang kokoh. Aamiin.

Wallahu a’lam bish shawab.

*Penghulu Ahli Madya dan Kepala KUA Kecamatan Atu Lintang, Aceh Tengah.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.