Oleh : Wahyuni Rizeki*
Di dataran tinggi seperti Aceh Tengah dan Bener Meriah, masyarakat mulai menghadapi tantangan baru dalam mendidik anak, terutama yang masih berusia muda.
Anak-anak yang seharusnya sedang tumbuh dengan bermain di alam dan belajar nilai sopan santun, kini lebih banyak menghabiskan waktu dengan HP. Tidak sedikit anak usia SD bahkan TK sudah terbiasa memegang HP sendiri.
Fenomena ini membuat banyak orang tua bingung dan khawatir. Dulu, anak kecil dikenal manis, penurut, dan cepat tersenyum saat dipanggil orang tua.
Tapi sekarang, makin banyak orang tua di kampung yang mengeluh: anaknya mulai suka membantah, marah saat ditegur, dan susah diajak bicara.
Setelah diamati, ternyata satu benda kecil jadi pemicunya yaitu telepon genggam (HP).
Banyak anak usia dini usia TK bahkan PAUD sudah terbiasa memegang HP sendiri. Ada yang untuk menonton video kartun, ada juga yang bermain game tanpa henti.
Awalnya terlihat tenang dan menyenangkan, tapi perlahan muncul tanda-tanda mengkhawatirkan anak mudah emosi, susah tidur, dan tidak mau lepas dari layar.
Pada saat HP diambil, anak bisa langsung menangis keras, menjerit, bahkan melempar barang. Beberapa bahkan berani membentak orang tua.
Padahal usia mereka masih sangat muda. Ini bukan salah anak sepenuhnya karena pada dasarnya, mereka belum bisa mengatur diri. Tapi jika dibiarkan, sikap melawan ini bisa jadi kebiasaan buruk sampai besar nanti.
Penggunaan HP tanpa batas membuat anak kehilangan waktu bermain di alam, belajar sopan santun, dan membangun hubungan sosial yang sehat. Mereka lebih akrab dengan karakter digital daripada saudara atau tetangganya.
Ini jelas berbeda dengan nilai-nilai luhur masyarakat dataran tinggi, yang sejak dulu menjunjung tinggi rasa hormat dan kedekatan keluarga.
Solusi dimulai dari rumah. Orang tua harus berani membuat aturan: kapan HP boleh digunakan, berapa lama, dan untuk apa. Bukan dengan marah, tapi dengan kasih sayang dan konsistensi.
Anak juga perlu ditawarkan alternatif kegiatan yang menyenangkan, seperti bermain di luar rumah, mendengarkan cerita, atau membantu pekerjaan ringan. Sekolah dan lingkungan sekitar juga bisa ikut serta.
Ajak anak-anak dalam kegiatan budaya, permainan tradisional, atau lomba-lomba yang membangun karakter. Saat anak merasa dihargai dan punya ruang untuk bergerak, mereka tidak akan bergantung pada HP semata.
Mari kita jaga anak-anak kita sebelum terlambat. Jangan biarkan HP mengubah sikap anak hingga menjadi pembangkang sejak dini. Dengan bimbingan yang sabar dan penuh cinta, kita bisa membentuk generasi muda yang cerdas, sopan, dan kuat dalam karakter. Mulai dari rumah, mulai dari sekarang.
*Mahasiswa IAIN Lhokseumawe asal Gayo