Agar Rumah Tangga Harmonis, Suami Istri Jangan Egois

oleh

Oleh : Mahbub Fauzie*

Setiap pasangan suami istri dipastikan berharap suasana rumah tangganya selalu bahagia. Keharmonisan dalam kehidupan keluarga menjadi dambaan siapapun yang berumah tangga.

Tidak adanya pertengkaran dan percekcokan yang sangat tidak berarti. Tidak adanya perselisihan dan perseteruan yang mengganggu hubungan dan merusak komunikasi.

Itu semua adalah kondisi ideal yang senantiasa menjadi keinginan dan cita-cita. Bagi semua pasangan suami istri dan anggota keluarga. Bagi siapapun, dimanapun dan dalam situasi apapun.

Kekisruhan dalam rumah tangga bisa dihandle dan diantisipasi. Konflik bisa dimanajemen dan dikendalikan dengan baik. Kesalahpahaman bisa dicairkan dan diklirkan dengan bijak. Prahara rumah tangga bisa dihindari dengan penuh kedewasaan.

Rumah tangga yang bahagia dan harmonis akan tercipta ketika suami dan istri saling memahami, menghargai, dan mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.

Kesalingan yang terpaut satu dengan lainnya dalam interaksi suami istri menjadi kesadaran mereka.

Dengan saling mendukung dan tidak bersikap egois, suasana rumah tangga akan lebih hangat dan penuh kedamaian. Adanya kesepahaman dengan pasangannya bisa saling mempertemukan perbedaan.

Bisa saling menyempurnakan kekurangan dengan kelebihan masing-masing.

Suami istri dan anggota keluarga selalu belajar untuk bisa membangun komunikasi yang baik. Membicarakan setiap permasalahan dengan kepala dingin dan saling mendengarkan.

Mereka bisa menciptakan rasa empati terhadap pasangannya. Berusaha memahami dari sudut pandang pasangan dan merasakan apa yang mereka rasakan.

Selalu terbiasa berbagi peran di rumah tangga. Hindari kebiasaan nafsi-nafsi, acuh tak acuh atau ketidak-pedulian. Justru, biasakan saling kerja sama dalam tugas rumah tangga, ternasuk dalam pengasuhan anak.

Berbagi tugas dalam peran domistik rumah tangga juga akan menciptakan rasa keadilan. Pun termasuk dalam hal memasak, mencuci pakaian, dan lain-lain. Tidak saling lepas tangan. Kesannya, sepele memang. Kerjasamalah dengan saling pengertian.

Tidak kalah pentingnya, kebiasaan mulia untuk saling menghargai perbedaan mutlak diaktualisasikan. Setiap orang unik, jadi penting untuk menerima kekurangan pasangan tanpa menyalahkan.

Kemudian, skala prioritas dalam melihat kebutuhan keluarga musti diperhatikan. Mendahulukan kebutuhan keluarga di atas ambisi pribadi masing-masing.

Kuncinya, pasangan suami istri pintar untuk menghindari sikap mau menang sendiri. Perasaan merasa paling hebat, merasa paling benar dan sok paling tahu dan paling mengerti singkirkan jauh-jauh.

Agar suasana rumah tangga bisa nyaman, suami istri dan anggota keluarga selalu saling mengingatkan kebaikan.

Baik dalam urusan dunia maupun akhirat. Kerja dan ibadah sebagai hamba Tuhan tidak ditinggalkan. Ikhtiar, doa dan tawakal selalu menjadi andalan.

Simpulannya, dalam membangun kehidupan berumah tangga, suami istri tidak boleh egois.

Jika itu disadari dan disepakati, insya Allah suasana kehidupan rumah tangga atau keluarga akan selalu bahagia dan harmonis.

*Penghulu Ahli Madya & Kepala KUA Kecamatan Atu Lintang, Aceh Tengah.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.