Dari Pada Terima Uang Sogok dari Calon Bupati, Petani : Nguken Kin Jamu Ngutip Kupi

oleh
Ilustrasi : Kebun Kopi Arabika Gayo

TAKENGON-LintasGAYO.co : Beberapa petani di Aceh Tengah nyatakan sikap untuk tidak menerima money politik, jika ada pasangan calon bupati dan wakil bupati yang menawarkannya.

Seperti yang diutarakan salah seorang petani di kawasan Pegasing, Mabrur. Menurutnya, saat ini sumber ekonomi masyarakat Aceh Tengah beranjak naik seiring musim panen kopi.

Dikatakan, harga kopi pun perlahan membaik. “Ini menjadi berkah kita bersama, disaat musim Pilkada, musim panen kopi tiba,” terangnya, Senin 28 Oktober 2024.

Bukan hanya itu, Mabrur mengatakan, selain hasil panen kopi yang terbilang bagus, pendapatan masyarakat pun akan bertambah.

“Saat ini, sulit mencari orang untuk memetik kopi (ongkosen : Gayo-red). Banyak dari masyarakat yang kini mencari rejeki menjadi pemetik kopi, hasilnya pun lumayan,” terangnya.

Mabrur selain menjadi petani, juga sering menjadi pemetik kopi bersama istrinya di kebun-kebun milik orang lain.

“Saya dan istri juga sering jadi jamu ngutip kupi (pekerja pemetik kopi). Pernah ada calon yang menawarkan keluarga saya untuk di data dan mendukung calon bupati, imbalannya diberi uang. Tapi saya tolak, lebih baik saya ongkosen jadi pemetik kopi saja, hasilnya halalal tayibban,” tegasnya.

Meski penghidupan yang pas-pasan, Mabrur mengaku masih menjunjung tinggi nilai-nilai islam. Ia berujar, penyogok dan yang disogok untuk memilih pemimpin adalah dosa besar.

“Kita hanya takut pada Allah, dari pada terima uang 300-500 ribu untuk pilih pemimpin, tapi nilai itu untuk 5 tahun, lebih baik ongkosen ngutip kupi saja,” ungkapnya.

Hal senada juga diutarakan inen Mahmude yang kesehariannya menjadi buruh pemetik kopi. Ia berujar, hasil yang dia terima menjadi pemetik kopi sangat lumayan.

“Saya dan suami, setiap musim panen kopi selalu menjadi pekerja pemetik buah kopi. Sehari kami bisa dapat 12 hingga 15 kaleng, saat ini ongkos per kalengnya rata-rata 30 ribu. Kalau kami dapat 15 kaleng sehari, berarti kami dapat uang 450 ribu,” tegasnya.

“Dari pada menerima money politik, yang sudah pasti dosa dan nominalnya pun tidak seberapa jika dibagi 5 tahun tidak seberapa, lebih baik kami sekeluarga jadi buruh pemetik kopi saja,” tandas Inen Mahmude.

Sebagaimana diketahui, bulan November dan Desember seperti biasa, menjadi puncak panen raya kopi arabika Gayo.

[Darmawan]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.