Tangisan Persatuan (Catatan Perempat Final UERO 2024)

oleh

Oleh : Bung Alkaf*

Sebelum perhelatan Piala Eropa 2024, João Cancelo menyampaikan pernyataan berani, sekaligus mengejutkan. Menurutnya, Timnas Portugal hari ini tidak lagi bergantung pada Cristiano Ronaldo. Baginya, karena usia, era Ronaldo sudah berakhir.

Pernyataan tersebut seperti memberi pembenaran bahwa Ronaldo tidak mendapat apa yang diperoleh oleh Leonel Messi sekarang ini di Timnas Argentina: pengorbanan dari rekan-rekan setimnya.

Di Timnas Portugal, Ronaldo dipersepsikan diasingkan di lapangan oleh para koleganya itu. “Ronaldo tidak diberikan bola, betapa pun dia berada dalam posisi terbuka,”sergah penonton — yang besar kemungkinan fan utamanya.

Kalau kita melihat cuplikan pertandingan selama fase grup, anggapan demikian seperti sulit untuk ditolak. Ronaldo datang ke lapangan yang bukan miliki dia lagi.

Dia seperti orang yang telah menyelesaikan studi strata satu dua puluh tahun yang lalu, tetapi masih datang ke kantin fakultas. Di saat yang sama, teman-teman satu angkatannya baru saja mengadakan resepsi pernikahan anak pertama mereka.y

Situasi psikologi demikian sepertinya yang melingkupi perasaan hati Ronaldo selama pertandingan Hal itu juga, yang juga membuatnya rela membagi bola kepada Bruno Fernandes demi mendapatkan lapangan yang telah diambil darinya.

Harapannya itu terkabul. Ronaldo kembali berada di orbit bumi.

Ronaldo berada di lapangan selama 120 menit juga mengambil tendangan penalti pertama dalam babak hidup mati itu. Tentang penalti, drama bermula dari situ. Drama yang mengubah wajah Timnas Portugal setelahnya.

Di menit 102, Diogo Jota dijatuhkan di kotak penalti. Tak ayal, wasit menunjuk titik putih! Stadion bergumuruh.

Ronaldo mengambil bola; meletakkan di titik putih; lalu, mengambil ancang-ancang. Di depannya, kiper Slovenia, Jan Oblak. Bagi Ronaldo, Oblak bukanlah kiper yang asing. Delapan tahun yang lalu, melalui adu penalti, dia menundukkan Oblak di final Liga Champion.

Namun, Jan Oblak Stadion Frankfurt Arena adalah Oblak yang berbeda. Dia berjaya menahan gempuran serangan Portugal selama 120 menit. Puncaknya, tendangan penalti Cristiano Ronaldo dia bendung dengan sempurna.

Kegagalan Ronaldo, sekaligus keberhasilan Oblak, membungkam seisi stadion, tempat nonton bareng, dan warung kopi di sepanjang garis pantai timur Aceh. Portugal seperti sedang menuju tempat eksekusi akhir, lalu bagi Ronaldo, dia sedang berjalan ke tempat yang akan mengakhiri sejarahnya.

Dia berjalan lunglai. Ada penyesalan dan penderitaaan yang hanya dia yang dapat merasakan. Dalam keadaan akhir sejarahnya itu, dia dihampiri oleh satu pemain yang selama ini dianggap menjadi ganjalan baginya: João Cancelo!

João Cancelo memberinya kata-kata penyemangat. Tidak hanya itu, setelah Bernardo Silva mencetak gol kemenangan dalam babak adu penalti, João Cancelo satu-satunya pemain yang terlebih dahulu mencari dan memeluk Cristiano Ronaldo, di saat pemain dan tim pendukung Portugal merayakan bersama Diogo Costa dan Bernardo Silva.

“Perdamaian” keduanya seakan-akan hendak mengatakan bahwa saat ini Portugal adalah satu. Bahkan, seluruh pemain Portugal bersiap mati untuk Ronaldo. Satu modal penting bagi mereka menjelang melawan Perancis nantinya.

*Pengamat Sepak Bola

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.