Belum Berakhir (Catatan Pertandingan Indonesia vs Irak)

oleh

Oleh : Bung Alkaf *

Setelah memukau di babak pertama, Timnas Indonesia harus kehilangan kesempatan melaju ke Rounde ke-3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 setelah kalah dari Irak, 0-2. Di babak pertama, Indonesia bukanlah tim yang dikalahkan dengan mudah di Basra pada pertemuan pertama.

Babak pertama, Timnas Indonesia unggul segalanya: mulai dari tendangan penjuru, peluang ke gawang lawan, penguasaan bola, bahkan sampai pada kreasi serangan. Singkatnya, empat puluh lima menit pertama, Indonesia di atas Irak.

Babak kedua, situasi berubah total.

Dengan cerdas, pelatih Timnas Irak, Jesus Casas, mengubah susunan pemain. Dia memainkan pemain yang lebih agresif dan kuat dalam memegang bola. Hasilnya, kurang dari sepuluh menit babak pertama, Irak memecah kebuntuan melalui tendangan penalti Aymen Hussein.

Mungkin, akan ada yang berseru, kalau itu hanya gol penalti, bukan dari bola play on. Anggapan itu jelas tidak tepat. Sebab, penalti yang diperoleh Irak merupakan hasil dari insiatif untuk menyerang dan mengurung terus menerus lini pertahanan Timnas Indonesia. Hasilnya, Hubner harus merelakan tangannnya tersentuh bola.

Berikutnya, hampir sepanjang babak kedua, adalah kisah yang menyakitkan bagi publik sepak bola yang mulai optimis melihat perkembangan timnas.

Mulai dari Jordi Amat yang mendapat kartu merah, penalti kedua bagi Irak, dan terakhir: blunder fatal Ernando Ari Sutaryadi. Hasilnya, Indonesia tidak hanya kalah, tetapi juga gagal mengunci langkah yang cepat untuk lolos ke Piala Asia tahun 2027 dan melangkah ke Rounde ke-3.

Melihat skor pertandingan, lalu membayangkan apa yang terjadi sepanjan 90 menit di Gelora Bung Karno, seperti menjelaskan hal yang berulang-ulang bahwa proses untuk menjadi kekuatan sepak bola yang diperhitungkan bukanlah dengan sulap semalam belaka, betapa pun manajemen timnas telah mengumpulkan seluruh pemain berdarah Indonesia di berbagai pelosok.

Kekalahan dari Irak, tim sepak bola yang memiliki tradisi di atas pentas Asia, membuat kita sadar sesadarnya bahwa kesabaran dalam proses, lalu menikmati hasil dari proses itu, mutlak dikerjakan.

Bahwa, ada perasaan euforia di sana-sini, bahkan pada tahap tertentu sudah merambah ke histeria penonton non-sepak bola dengan mengelu-elukan pemain yang dianggap menarik secara fisik, anggap saja sebagai proses yang harus Timnas Indonesia lalui.

Kini, ada satu kesempatan lagi bagi Timnas Indonesia mengukir sejarah. Caranya: kalahkan Filipina. Kalahkan tanpa ampun!

Secara materi, Timnas Indonesia berada dalam fase terbaiknya. Tidak alasan bagi kita untuk membuang kesempatan melangkah lebih jauh untuk menjadi kekuatan baru sepak bola di Asia. Terlampau sayang, jika peluang ini dilewatkan begitu saja.

*Penulis adalah seorang Esais yang juga merupakan dosen pengajar di IAIN Samudra Langsa

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.