Oleh : Feriyanto, S.P*
Pemilu Kepala Daerah akan segera dilaksanakan pada tahun ini tahun 2024. Tahapan pilkada sudah dimulai dengan dibukanya pendaftaran Calon Bupati jalur perseorangan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh Tengah. Upaya mencari dukungan dengan mengumpulkan KTP sebagai persyaratan sudah mulai berjalan.
Disisi lain, kandidat yang akan maju sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati dari jalur partai politik juga sudah intens melakukan komunikasi politik untuk mendapat dukungan partai politik sebagai kendaraan politik.
Dari beberapa nama yang muncul sebagai bursa bakal Calon Bupati di Aceh Tengah dan juga Bener Meriah yang berpeluang mendapatkan dukungan partai politik berkemungkinan tidak ada dari kalangan anak muda.
Hal tersebut terlihat dari posisi-posisi penting di partai politik tidak banyak diisi oleh anak muda. Hal tersebut menandakan bahwa lemahnya kaderisasi politik di Gayo. Anak-anak muda belum diberi kepercayaan mengelola partai politik, meskipun di pusat sudah mulai menempatkan anak muda dibagian depan untuk mengelola partai Politik dan juga penggerak mesin politik
Disamping itu, memang sudah menjadi karakter dari pemimpin-pemimpin tua Gayo untuk tidak rela dan ikhlas mengkader generasi muda untuk melanjutkan estapet kepemimpinan. Hal tersebut dapat kita lihat sepuluh tahun kebelakang perjalanan politik Gayo hingga saat ini, cendrung yang mengisi kontestan didominasi oleh orang-orang tua.
Seakan, anak-anak muda tidak diberi ruang untuk tumbuh, mereka hidup dibonsai dalam pas yang kecil dan diberi nutrisi hanya sekedar tidak mati tapi tidak untuk menjulang: Diciptakan minimalis untuk pajangan dan hiasan saja lalu dipamerkan.
Hal tersebut kemudian menjadikan Gayo krisis tokoh, masyarakat kemudian disajikan dengan pilihan yang rumit, mereka tidak memiliki pilihan menu untuk dinikmati pada pilkada yang akan datang, sebab aktornya hanya mereka yang berkontestasi periode lalu dan bahkan sepuluh tahun lalu. Itu lagi, dan itu-itu saja orangnya.
Rakyat sebenarnya menginginkan sesuatu yang baru, yang segar dan fresh. Apalagi memang pemilih dari kalangan anak-anak muda atau disebut generasi milenial dan generasi z. Zaman sudah makin berkembang, bernegara dengan gaya milenial dan produktif adalah paling diinginkan. Smart goverment (pemerintahan cerdas) dan good goverment (pemerintahan baik) adalah semangat kepemimpinan anak-anak muda.
Masyarakat sudah bosan melihat praktik-praktik korupsi dan juga birokrasi yang lambat dan ketinggalan jaman. Sudah saatnya mengelola daerah dengan konsep cerdas dengan tekhnologi. Meningkatkan pendapatan daerah dengan pengelolaan SDA yang baik, serta pelayanan yang cepat serta mencegah kebocoran.
Bukan hanya itu, keberlangsungan politik dengan kaderisasi yang baik seharusnya sesuatu yang tidak boleh dianggap sepele. Karna dengan demikian kader-kader dari Gayo bisa berkontestasi bukan hanya di tingkat kabupaten tapi jiga dilevel yang lebih tinggi, provinsi hingga ke pusat.
Hal ini pula yang membuat kita gagal dalam dua periode mengirim keterwakilan ke Jakarta, baik untuk DPR-RI maupun DPD. Rasa memiliki terhadap tokoh yang berasal dari Gayo sudah mulai hilang. Adagium Gayo “Turuh-turuh umah diri” sudah tidak lagi berlaku karena tidak adanya rasa memiliki dan rasa aman dan nyaman, sehingga rakyat kita memilih untuk berteduh dalam rumah politik lain.
Semoga Pilkada kedepan akan melahirkan pemimpin yang peduli terhadap anak-anak muda, pembangunan politik pemuda sebagai bentuk kaderisasi politik yang berkelanjutan dan berkesinambungan dengan tidak menterjemahkan kedalam bentuk dinasti politik. Semoga saja.
*Ketua Umum HMI Cabang Takengon 2016-2017