Oleh : Zulfikar Ahmad Aman Dio*
Berawal dari pertanyaan pak Karimansyah kapan terjadinya kebakaran besar di Kebayakan.
Selama penyusunan buku “SERPIHAN KISAH MUJAHID GAYO TERLUPAKAN” apa yg ditanyakan pak Karimansyah terjawab.
Menurut analisis Reje Bukit tidak lama lagi Belanda akan masuk ke Gayo, persiapan-persiapan perang mulai dilakukan. Reje Bukit mempersiapkan benteng (kute) seperti yang diminta oleh Imum Lueng Bata dalam ikrar prang sabi.
Tidak main-main, Reje Bukit mempersiaplan kute dengan 6 meriam beserta pelurunya, ratusan senjata [1] keluaran terbaru, Karabin Martin-Hendry produksi 1897 yang dibeli melalui kesultanan Turki. Serta membiayai beberapa orang yang bertugas menjaga kute Tenge Besi.
Analisis Reje Bukit kemudian terbukti, pada 16 Maret 1901, Sultan Aceh Muhammad Daud Syah beserta rombongan sedang disekitar Pantan Lah/Sarah Sirung. Belanda mencoba menyusul dan sudah berada di sekitar Blang rakal.
Kondisi yang cukup berbahaya untuk Sultan, pasukan Reje Bukit melepaskan tembakan dari arah Ulu Naron dengan harapan agar Belanda menjauh dari posisi Sultan.
Pancingan berhasil, pasukan Reje Bukit (5 orang) terus melepas tembakan agar Marsose mengejar ke arah Enang-Enang. Sultan yang mendengar letusan senjata menjauh ke arah Bruksah.
Jebakan di Enang-Enang tidak berfungsi, pasukan Reje Bukit mundur ke kute di Tenge Besi, setelah 2 hari penuh bertempur, dengan kondisi sangat lelah, ke-5 mujahid Gayo bertahan sebisanya.
Pada 19 Maret 1901, ke-5 mujahid Gayo syahid, 6 meriam dan senjata di kute disita Belanda, dalam pertempuran 5 orang versus 2 Brigade Marsose.
Tidak ingin mengulangi kegagalan Tenge Besi, Reje Bukit melakukan berbagai persiapan bersama Reje Syiah Utama, Nosar, Reje Linge dan Kejurun Petiamang, Sultan Aceh di evakuasi Ke Takengon dibawah pengawalan Reje Bukit. Proses ini bocor. Van Daalen menyusul sultan ke Takengon, pada 24 September 1901.
Nyak Mamat Peurelak (Mujahid terbaik Tengku Tapa dari Delung Tue) dan T. Krueng Kala Lhong syahid saat mencegah agar Van Daalen gagal ke Takengon.
Melihat keadaan ini, Reje Bukit memerintahkan agar di Sultan kembali di evakuasi ke Rawe dibawah pengawalan ketat beberapa org termasuk sepupu Cik Kute Lintang.
Kalau bukan karena keluarga Sultan di tangkap barangkali Sultan Aceh tidak pernah menandatangani Korte Verklaring, dan barangkali kesultanan Aceh masih ada sampai saat ini.
Setibanya Van Daalen di Takengon, merebak isu Sultan di Linge. Pada tgl 5 Oktober 1901 pasukan Van Daalen dibagi 2. Satu lewat sebelah Utara danau, yang lain via Selatan.
Saat itu untuk pertama kali Danau Laut Tawar dipetakan dengan hasil, keliling 40 km, panjang 17km, dan sisi terlebar 4 km. Saat ini data tersebut sudah jauh berbeda.
Pada tanggal 7 Oktober 1901, Kebayakan terbakar hebat yang apinya bisa terlihat dari Bintang pada jam 9 pagi.
*dari buku : SERPIHAN KISAH MUJAHID GAYO TERLUPAKAN