Oleh: Karimansyah*
Pada akhir November 2023 saya berbincang ringan dengan seorang tokoh Kabupaten tentang demokrasi, pilpres dan pileg.
Pada momen itu, beliau menceritakan perbincangannya bersama beberapa anggota masyarakat di kampungnya.
Katanya, ada satu kalimat tak terbantahkan yang diutarakan oleh anggota masyarakat tadi.
Mereka mengatakan dalam bahasa Gayo “Disne we ama” yang artinya sama saja pak.
Itulah ekspresi suasana kebatinan rakyat biasa. Sama saja bagi mereka siapapun yang duduk di eksekutif maupun legislatif.
Lebih baik mereka terima apa yang diberikan sekarang, walau hanya sekedar menopang hidup 2 atau 3 hari.
Kalimat itu tidak mampu dibantah atau diluruskan. Semacam kesimpulan dan keyakinan yang sudah melekat dalam jiwa mereka.
Berbagai argumentasi, ide, gagasan dan wawasan tidak lagi mengusik keyakinan itu.
Kalimat “disne we pak,” saya bawa pulang sebagai bahan renungan. Saya menyimpulkan, mereka telah menyampaikan apa yang sesungguhnya.
Kalimat pendek yang bermakna luas. Didalamnya ada rasa kecewa, sedih, marah dan putus asa menyaksikan apa yang dilakukan para penyelenggara negara dan pemerintahan ini.
Sebagai seorang yang pernah ikutserta dalam pemerintahan, saya merasa sangat berdosa karena saat itu tidak sungguh sungguh mencerdaskan dan mensejahterakan rakyat.
Tangan kami terlalu lemah untuk mencegah kesewenangan.
Semoga Allah swt memberi ampunan kepadaku. Kita berharap kalimat pilu itu tidak lagi terucap dimasa yang akan datang.
Masihkah ada yang merasa tidak berdosa atau masihkah ada yang berniat mengulanginya?
Teluk Pukes, 27 02 2024
*Mantan Sekda Kabupaten Aceh Tengah