Manusia Bertelur di Nenggeri Gayo

oleh

Oleh : Kenara Seni*

Di bawah rumah adat berpanggung tersusun kursi dan meja bundar tempat kami duduk mempersoalkan tentang manusia bertelur.
Perdebatan sangat alot saat masing-masing kami berdimensi.

Seorang penyaji kopi Arabika Gayo, menghidangkan beberapa cup espresso hasil pesanan seseorang dan aku juga tidak tahu siapa orang baik itu.

Seorang pria tangguh kolektor literatur namanya Siku Lulu, menjelaskan dan mengantisipasi setiap analisanya agar tetap di koridor.

Aku memahami maknanya, namun disaat keinginan pesan itu dimasukkan ke dalam grup WhatsApp malah dia minta pulsa. Mungkin, bahan parang itu sudah disyarati sehingga sulit dileburkan.

Tawa dan suasana datar masih dirasakan mengingat event budaya itu masih berlanjut.

Lelaki tinggi tegap berdiri disampingku dan bertanya tentang hal yang biasa. Namun diikuti seseorang dan terdengar memanggil namanya bang In. Terlihat muda, ramah dan kurus seperti kurang makan.

Temanku mempersilahkan lelaki itu duduk sambil ngopi ditemani sebatang rokok dan melanjutkan tema itu.

Sekilas tentang penjelasannya, aku mengerti bahwa dia seorang kamuflase seorang perampok harta kerajaan langit dan membagikan ke makhluk bumi. Dibenak ku mengatakan, Robin Hood itu ada gak ya?

Sapaan salam terucap dari seorang lelaki berambut gondrong beruban memakai sarung hitam, aku memastikan dia seorang budayawan. Penjelasannya menyentuh sisi kehidupan, manusia bertelur itu terjawab dalam imajinasi.

Artinya, kau sentuh dan buat alamat tetap, kirimi mereka pesan, kata dan angka yang berdesakan cenderung menipu. Katanya.

(Kutenireje, 8 Nopember 2023)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.