Oleh : Indah Mayasary*
Ayah Bunda, jika kita seacrh google apa saja kebutuhan biologis manusia, disana akan tertera kebutuhan manusia terdiri dari oksigen, makanan, air, menjaga suhu tubuh, dan salah satu lainnya adalah bereproduksi.
Artinya, sebagai manusia normal, kebutuhan biologis adalah sesuatu yang harus dipenuhi untuk kesehatan jiwa dan raga. Dalam islam, hal ini diatur sedemikian rupa agar mendatangkan berkah, bukan musibah.
Saya sudah pernah mengajar di beberapa sekolah setingkat SMA. Saya selalu mencoba menjadi teman bagi peserta didik yang mampu saya jangkau. Kadang pertanyaan yang saya ajukan membuat saya tercengang sendiri. Contoh pertanyaannya, “Abang, di sini siapa yang tidak merokok?”. “Abang kakak, boleh ibu tahu, siapa di sini yang belum pernah nonton video p*r**?”
Ayah Bunda, ternyata hanya segelintir kecil yang angkat tangan. Bahkan di banyak kelas, tak ada yang mengangkat tangan sama sekali. Tentu hal ini membuat saya bergidik, apalagi mengetahui mereka sudah mulai diusia jauh sebelum SMA.
Hampir dapat dipastikan, sumber yang mereka dapatkan mengarah pada hal yang tidak sesuai dengan norma agama. Sedangkan orang tua dan guru merasa masih tabu untuk membicarakannya.
Apa yang menakutkan lagi, ketika pemuda dan pemudi sudah terpancing dan mendapat kebebasan untuk bersama dengan lawan jenisnya, kemungkinan jalan untuk “semakin dekat” terbuka lebar.
Berakhir dengan teraktivasinya kebutuhan biologis yang satu ini dengan leluasa. Maka jadilah pergaulan bebas, yang berimbas bukan hanya pada si anak, keluarga, tapi juga masyarakatnya.
Bukankah sudah seharusnya, kejadian demi kejadian yang menimpa generasi muda kita, menjadi cambuk untuk kita semua yang masih peduli dengan nasib generasi ini untuk bergerak?
Dengan menggerakkan lagi kekuatan sarakopat kita. Dengan membuat lebih banyak lagi buku dan referensi tentang kesehatan reproduksi pemuda/i. Menyebarluaskan buku dan referensi yang ada. Dengan seminar-seminar seks education for teenager.
Penyuluhan pada orang tua dan guru oleh stakeholder. Dan gerakan lainnya yang mungkin untuk meminimalisir kerusakkan yang disebabkan pergaulan bebas ini.
Terkhusus untuk Ayah Bunda, ayo belajar lagi tumbuhkan fitrah anak-anak kita, karena tak mungkin ia kita sterilkan dari hal buruk di sekeliling mereka, tapi upayakan agar ia mampu melawan kengerian zaman dengan sebaik-baik iman dan adab. Mari belajar lagi menjadi teman bicara bagi pemuda dan pemudi yang kebanyakan sudah baliq namun belum aqil ini.
Tegakkan lagi amal ma’ruf nahi mungkar, sesuai apa yang kita mampu. Bukankah kejahatan yang sesungguhnya, adalah ketika kita diam saja melihat kejahatan itu terjadi?
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
“Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).
#kegalauan_seorang_ibu_juga_guru