Dilarang Ikut Campur Masalah Keluarga Orang

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

MEMELIHARA keluarga itu ibarat menata negara. Seberapa kuat usaha, sesempurna apapun ikhtiar kita membina keluarga, selalu ada celah keributan. Kalau tidak sabar masing-masing pasangan dengan mudah mengumbar cek cok“dalam negeri” ke media sosial. Meski demikian ini bukan masalah sepele.

Dalam urusan umbar mengumbar dan berkeluh kesah, biasa kaum ibu lebih mudah melakukannya. Tidak hanya kepada tetangga yang memang suka mendengar kabar perselisihan, kaum ibu juga tidak ragu untuk mengumbar masalah di media sosial. Untuk urusan ini, mereka memang perlu berterima kasih pada Facebook atau Instagram.

Seperti masuk ke alam liar, salah melangkah sedikit, maka para predator siap melahap. Lelaki dunia maya memanfaatkan sedikit getaran masalah untuk melakukan penetrasi dengan menjadi pembela. Seperti air, mereka memanfaatkan sedikit celah untuk memperbesar keretakan antara suami dan istri dan berupaya mencari manfaat dari keretakan itu.

Seperti ular, mereka membelit. Semakin bernapas, maka belitan semakin kuat. Hingga akhirnya seluruh rahasia, yang seharusnya hanya menjadi konsumsi suami dan istri, semakin terkuak. Dan si istri pun semakin sulit keluar dari belitan si predator yang menyaru menjadi kawan curhat. Setelah si istri tidak berdaya, maka perselingkuhan pun terjadi. Si istri dilumat pelan-pelan.

Dalam hubungan suami-istri, sepatutnya perselisihan itu dapat dengan mudah diselesaikan tanpa keterlibatan pihak ketiga. Sayangnya, baik dari pihak istri ataupun dari pihak suami. Mereka seperti setan yang membisiki hati manusia. Alih-alih mendamaikan, mereka malah menuangkan minyak ke api amarah yang sebenarnya mudah dipadamkan.

Para predator, pembisik, dan setan dalam bentuk manusia itu seharusnya merenung sebelum memutuskan untuk menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagaimana jika dia atau istrinya, atau sanak keluarga, mengalami hal yang sama.

Campur tangan pihak ketiga ini tidak sekadar merusak si suami dan istri. Mereka juga membuat anak-anak hidup dalam keluarga yang rusak. Pihak ketiga yang masuk menghancurkan rumah tangga tidak layak dikasihani. Mereka adalah perusak generasi.

Lagipula ini adalah urusan harga diri. Tidak sedikit suami atau istri yang gelap mata karena pasangan mereka membuka ruang lain, tidak bersama pasangan mereka, untuk mencurahkan perasaan. Tidak sedikit pula kejadian seperti itu berujung pada kematian yang sia-sia. Bagi seseorang yang tergores harga dirinya, nyawa itu tidak berarti. Lebih baik berputih tulang daripada berputih mata.

(Mendale, Mei 26, 2023)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.