Oleh : Fauzan Azima*
“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata kebanyakan penghuninya adalah para wanita” demikian bunyi Hadits Nabi yang diwirayatkan Nabi.
“Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” tanya sahabat.
“Disebabkan kekufuran mereka” kata Nabi.
“Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” tanya sahabat penasaran.
“(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu” demikian penjelasan Nabi.
Pertanyaannya, ketika hadits ini keluar, apakah sudah ada orang yang masuk neraka? Apakah Hadits ini merupakan bahasa siloka (kiasan dengan makna yang tersembunyi)?
Mengingat kalau menurut cerita yang kita dengar tahap-tahapan orang masuk surga dan neraka; setelah melalui alam kubur (alam barzakh), Padang mahsyar, jembatan sirathal mustakim, baru kemudian surga dan neraka.
Kalau Hadits itu siloka atau perumpamaan barangkali benar karena faktanya nasib perempuan di negeri kita, sangat menderita, kalau tidak ingin mengatakannya teraniaya.
Saya pernah tinggal di Cot Keu’eung, Aceh Besar. Saya sering melihat setelah subuh, di keremangan cahaya matahari sekelompok ibu-ibu, di sana disebut “nyak-nyak” masing-masing membawa cangkul menuju sawah sebagai pekerja harian.
Hampir tidak terlihat laki-laki yang ikut bekerja dengan “kaum emak” itu. Ketika saya berangkat kerja “kaum ayah” sudah nongkrong di Keude Cot Keu’eung.
Kaum enak juga diwajibkan mengurus anak, memasak, membersihkan rumah dan harus mencari nafkah untuk keluarga pula. Saya kira yang dimaksud, sikap patriarki “terjajahnya” kaum perempuan secara kasat mata, itulah neraka.
Peristiwa itu tidak saja terjadi di Cot Keu’eung tapi hampir merata di negeri kita. Tidak sama persis, tapi daya deritanya hampir sama bahkan lebih. Suami pengangguran memaksa istrinya mencari uang untuk suaminya main judi jenis sketer. Kalau tidak dipenuhi, tidak sedikit terjadi kekerasan dalam rumah tangga.
Saya kira sudah sangat tepat dengan lahirnya lembaga atau badan yang membela perempuan. Hanya saja sejauh mana peran lembaga itu menyelamatkan derita perempuan?
Pemerintah pusat membuat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan pada lingkungan pemerintahan daerah sudah ada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Tentu saja tujuannya harus jelas; untuk mengurangi angka, perempuan masuk neraka.
(Mendale, Mei 2, 2023)