Dosen Mengadu ke DPRK Sebut UGP Lumpuh, Kabiro Humas : Tidak Benar, Kampus Berjalan Normal

oleh

TAKENGON-LintasGAYO.co : Kepala Biro (Kabiro) Kesertariatan, Humas dan Kerjasama, M. Ibnu Akbar menegaskan, tidak benar proses belajar mengajar terhenti setelah adanya informasi yang menyatakan para dosen mogok bekerja.

Penegasan ini disampaikan Mamat begitu ia akrab disapa, menyikapi pernyataan salah seorang dosen saat beraudiensi ke DPRK Aceh Tengah.

“Disitu para dosen yang berjumlah 14 orang menyebutkan, akibat gaji tidak dibayar selama 6 bulan, mereka sepakat mogok kerja, dan memastikan tidak ada kegiatan apapun di kampus, mereka juga meminta pihak rektorat dan yayasan tidak terbuka ke publik, terkait kondisi saat ini,” terang Mamat.

Mamat memastikan, ucapan tersebut sepenuhnya tidak benar. Karena kata dia lagi, saat ini fakultas tetap aktif menjalankan perkuliahan baik secara tatap muka maupun zoom meeting.

“Lain itu, bimbingan skripsi mahasiswa, mahasiswa PKL dan magang, serta proses akademik dan nonakademik di Rektorat normal seperti biasa. Dosen juga tidak ada kesulitan untuk menandatangani SPTJM (Surat Pernyataan Pertanggung Jawaban Mutlak) pencairan dana tunjangan sertifikasi dosen, jadi tidak benar itu lumpuh,” tegas Mamat.

Menurut Mamat, keluhan para dosen tersebut hanya menuntut gaji mereka. Bagaimana dengan dosen lain dan juga para tenaga kependidikan sebanyak 70 orang di Biro Rektorat dan Fakultas, mereka rutin masuk kerja dari pagi hingga sore. Apa juga mereka tidak butuh gaji.

“Ini semua kita lakukan karena loyalitas terhadap UGP. Karena kita yakin, UGP ke depan akan lebih baik. Kalau dinyatakan seluruh dosen mogok, itu salah besar. Yang mogok hanya sebagian kecil saja,” katanya.

“Kita juga sangat menyayangkan pernyataan tersebut, disampaikan oleh dosen yang bersertifikasi,” tambahnya.

Terkait gaji para dosen, Mamat membantah bukan tidak dibayarkan akan tetapi ada keterlambatan pembayaran. “Dan untuk meringankan tenaga pendidik dan kependidikan yang mengalami keterlambatan gaji, pihak Rektorat memberikan talangan panjar gaji, artinya bukan tidak ada solusi yang dari permasalahan yang saat ini sedang kita hadapi bersama,” katanya.

Mamat mengatakan, tertundanya pembayaran gaji akibat masih kurangnya minat mahasiswa UGP dalam membayar SPP. Bahkan, kata dia lagi, pada tahun 2022 banyak mahasiswa UGP yang diperjuangkan memperoleh beasiswa KIP mengundurkan diri dari perkuliahan dengan berbagai alasan sehingga sangat berpengaruh terhadap keuangan kampus pada tahun ini.

“Upaya lain yang juga kita lakukan dengan memperketat pembayaran SPP untuk mahasiswa, namun sampai dengan waktu yang ditentukan hanya ada beberapa mahasiswa yang melakukan registrasi/daftar ulang,” katanya.

“Hampir 40% orang tua /wali dari mahasiswa datang ke kampus meminta keringanan terhadap pembayaran SPP, bahkan pihak Rektorat UGP memberikan kebijakan dengan mencicil pembayaran SPP ke UGP. Kampus mana yang bisa mencicil uang SPP, kebijakan ini dilakukan agar mahasiswa tetap bisa kuliah di UGP,” timpalnya.

Menyikapi keterbukaan dan menyampaikan kepada publik terkait kondisi UGP pada saat ini, Mamat menegaskan kiranya ada hal – hal yang boleh dipublis dan ada yang bersifat internal.

“Tidak mungkin urusan semua kita publis, kalau menuntut keterbukaan, saya yakin nantinya akan saling menjatuhkan dan membuka aib masing – masing,” sebutnya.

Mamat menegaskan, keluhan para dosen yang mengadu kesana kemari tersebut, justru memperkeruh keadaan. Saat ini katanya lagi, LLDikti13 dan Puslapdik selalu memantau seluruh perkembangan kampus swasta yang berada di Aceh.

“Jikalau permasalah ini menjadi penyebab dan beranggapan kampus UGP lumpuh, UGP bisa dikenakan sanksi binaan. Dampaknya apa, UGP tidak akan mendapat beasiswa dan bantuan apapun bahkan mahasiswa penerima beasiswa KIP yang sedang berjalan akan dihentikan,” tegasnya.

Jika itu di stop, katanya lagi bagaimana dengan nasib mahasiswa yang keadaan ekonominya kurang mampu, secara otomatis mereka tidak akan bisa melanjutkan pendidikan, siapa yang mau bertanggung jawab?

“Apa ini yang para dosen itu mau? Kalau ini yang mereka mau, ayo kita hancurkan UGP bersama-sama. Yang luar biasanya, setiap penerimaan mahasiswa baru, UGP selalu didera masalah dan bermasalah baik datang dari internal maupu dari eksternal kampus,” katanya.

Pihaknya juga, sangat menyayangkan pernyataan tersebut ditambah dengan opini – opini oleh orang – orang yang tidak paham dan mengerti dengan permasalahan yang terjadi di UGP. “Ingin menjadi pahlawan sementara persoalan yang paling penting mereka tidak paham Justru sangat berdampak buruk serta menurunkan kepercayaan publik terhadap UGP,” tandasnya.

[Ril]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.