Ramadhan di Jantung Gayo

oleh

Oleh : Irfan Syahrial*

Terdengar suara “tes tes suara di coba” dengan sesekali suara kresek-kresek bermerk toa pengeras suara, yang asal suara itu berasal dari musholla yang tidak terlalu jauh dari rumah ibuku.

Suara itu bukan suara sirine mobil ambulance maupun suara sirine mobil pemadam, melainkan suara uji coba sirine untuk memulai pertanda sahur dan berbuka puasa yang kalau dulunya beberapa masjid musholla masih menggunakan beduk sebagai penanda, itulah sekilas kebiasaan warga di kampungku Baleatu Takengon.

Bale Atu berada tepat di pusat kota Takengon dengan warga multi etnis dan agama, keberagaman terjaga, dengan pusat perekonomian sebahagian besar ada di kampung ini, apalagi menjelang bulan puasa, masyarakat dalam maupun luar berjualan takjilan di depan mall Bale Atu setiap tahunnya.

Walaupun di daerah lain sudah lama melakukannya seperti pasar bawah dan lain lain, belum lagi pasar dadakan untuk 15 hari sebelum lebaran masyarakat sudah berjualan diemperan jalan menjajakan dagangan seperti baju lebaran dan makanan lebaran dan itu sudah berjalan bertahun tahun jaraknya. Dan itu sudah seperti menjadi tradisi di masyarakat umumnya.

Di Musholla Al Mushallin Bale Atu dihari biasa jumlah shaf sholat waktu subuh bisa sampai dua shaf laki laki dan satu shaf perempuan, akan tetapi jika dibulan puasa subuh bisa sampai empat atau lima shaf, Zuhur, ashar, magrib.

Jika di waktu isya dan tarawih tiba malahan sampai lantai duanya juga dipenuhi umat baik anak kecil, dewasa maupun orang tua beramai ramai memenuhi kewajibannya di musholla.

Waktu shalat tarawih usai anak anak kecil dan remajanya mulai mengisi malam dengan tadarusan membaca Alqur’an seperti orang tua yang mengabsen para anak anaknya yang mengaji dengan orang tua mendengar suara anaknya melalui suara mic toa musholla, dan jika para anak anak khatam alquran bisa sampai lima sampai enam kali biasanya bersama sama potong kambing makan dan buka puasa bersama dengan para anak,anak yang khatam tadi.

Dan para pemuda biasanya membuat suatu lomba menyambut turunnya Al-Qur’an atau biasanya dilakukan pada 17 Ramadan, baik lomba hafalan, mushabaqah, kaligrafi, cerdas cermat dan lain lain, dengan tujuan agar anak anak mencintai Al Qur’an dalam kehidupannya nanti.

Panitia Ramadan musholla yang bertugas selama bulan Ramadan di 10 hari sebelum menjelang lebaran sudah mulai menerima zakat fitrah umat, hingga pembagiannya dilakukan di satu hari akhir sebelum lebaran.
Anak-anak yang tadarusan tadi kebagian juga walau itu jumlahnya tidak banyak, namun bisa membuat senyum bahagia bagi anak anak itu.

Bulan Ramadan adalah bulan rahmat, bulan penghancur segala dosa, segala doa dikabulkan segala yang dicita citakan insha Allah tercapai, tradisi dibulan Ramadan mungkin tidak beda jauh di kampung kampung lainnya di Takengon maupun di daerah luar, hendaknya kita lebih bertawadduk dan bersyukur masih dipertemukan dengan bulan Rahmat ini Bulan suci Ramadan.

Selamat menunaikan ibadah puasa 1444 H. [SY]

*Seorang penggiat komunitas seni di Takengon dan abdi negara disalahsatu dinas Kabupaten Aceh Tengah. Selain itu ia adalah anggota Komunitas Sastra Bukit Barisan (KSBB) Takengon.

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.